Pengamat Politik Sayangkan Ketua PBNU Sebut Penundaan Pemilu 2024 Masuk Akal
Politik | 28 Februari 2022, 10:41 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, A. Khoirul Umam, menyayangkan sikap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf yang menilai wacana penundaan Pemilu sebagai hal yang masuk akal.
"Sikap Ketum PBNU ini seolah menegasikan komitmennya untuk lebih fokus pada politik kebangsaan dan menghindari politik praktis, sebagaimana yang sering Gus Yahya sampaikan sebelum Muktambar PBNU ke-34 lalu," kata Umam kepada KOMPAS.TV, Senin (28/2/22).
Menurut Umam, warga Nahdliyyin dan masyarakat Indonesia secara umum tentu menyadari bahwa aturan konstitusi harus dijalankan dengan basis kesadaran dan kedisiplinan yang tinggi.
"Sebagai kekuatan Islamic-based civil society terbesar di Indonesia, PBNU harus mengawal itu semua, sebagaimana dilakukan PP Muhammadiyah yang secara tegas mendorong para elit politik untuk patuh pada konstitusi yang mengatur mekanisme berdemokrasi secara adil dan terbuka," kata dia.
Baca Juga: Ketua PBNU Angkat Bicara Soal Penundaan Pemilu 2024: Saya Rasa Masuk Akal
Umam mengatakan, sebagai penjaga keseimbangan politik bangsa, PBNU seharusnya tidak kehilangan daya kritisnya.
Terlebih di tengah melemahnya basis kekuatan masyarakat sipil, Umam menyebut, banyak kalangan berharap pada netralitas dan independensi PBNU.
"Jika sikap dan pandangan kepengurusan PBNU yang baru ternyata juga latah pada narasi yang bias kepentingan ekonomi-politik para elit kekuasaan, lalu kepada siapa lagi aspirasi rakyat bisa digantungkan?" ujar dia.
Menurut dia, jika Pemilu 2024 ditunda, akan ada potensi lahirnya operasi politik yang lebih serius untuk mengubah aturan konstitusi terkait Pemilihan Presiden secara langsung, dan akan dikembalikan lagi kepada MPR.
"Karena itulah keinginan utama para elit partai politik yang tidak memiliki level elektabilitas yang kompetitif, namun mereka sadar bahwa mereka memegang kunci koalisi politik," kata dia.
Penulis : Hasya Nindita Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV