Jatuh Bangun Vaksin Merah Putih, Target Mundur hingga Rencana Ekspor ke Negara Islam
Update corona | 2 Maret 2022, 07:35 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih, semakin mendekati finis. Vaksin karya anak bangsa itu tidak lama lagi akan diproduksi dan digunakan secara massal.
Benih kesabaran yang ditanam sebagian orang selama hampir dua tahun, mulai berbunga dan siap untuk dipanen.
Jika sesuai rencana, Juli 2022 Vaksin Merah Putih sudah mendapatkan emergency use authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat.
Sempat diwarnai sejumlah penundaan serta drama pemberhentian ilmuwan Eijkman, proses pengembangan vaksin Merah Putih kini sudah mencapai tahap uji klinis.
Jatuh bangun pengembangan Vaksin Merah Putih berawal dari masuknya virus Corona penyebab Covid-19 ke Indonesia pada Maret 2020.
Penyebaran virus yang begitu cepat dan menimbulkan banyak kematian, mendesak pemerintah melakukan beragam upaya penanganan maupun pencegahan. Salah satunya mengimpor vaksin Covid-19, yang saat itu hanya tersedia jenis Sinovac.
Lalu, terbersit mimpi untuk memroduksi sendiri vaksin Covid-19, dengan menunjuk tiga institusi sebagai pengembang dan produsen.
Ketiganya adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, BUMN PT Bio Farma, serta PT Kalbe Farma.
Rencana uji klinis vaksin tersebut dilaksanakan pada kuartal ketiga 2021, sedangkan uji praklinis ditargetkan kuartal kedua 2021.
“Kalau hasilnya (uji klinis) bagus, kita mungkin dapat menyediakan vaksin kepada masyarakat pada kuartal pertama tahun 2022,” ucap Direktur Utama Biofarma Honesti Basyir pada Kamis (16/7/2020), dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan.
Maju Mundur Rencana Uji Klinis
Namun, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio, menyebut uji praklinis kandidat Vaksin Merah Putih rencananya dilakukan November 2020.
Perkembangan kandidat Vaksin Merah Putih sudah mencapai 55 persen dari target.
Selanjutnya kandidat vaksin Merah Putih akan diserahkan ke PT Bio Farma pada Februari atau Maret 2021, dan uji klinis rampung pada akhir 2021. Vaksin ditargetkan mendapatkan izin edar dari BPOM dan bisa diproduksi massal pada awal 2022.
Tapi di tengah jalan berbagai perubahan terjadi. Bukan hanya pada target uji klinis serta produksinya, namun juga pada lembaga pengembang.
Pengembangan Vaksin Merah Putih akan dilakukan oleh enam institusi di Indonesia yang bekerja sendiri-sendiri, yakni Eijkman, LIPI, UI, UGM, ITB dan Universitas Airlangga.
"Enam institusi ini menggunakan platform yang berbeda-beda. Jadi nanti ada enam jenis vaksin Covid-19," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro Selasa (27/10/2020).
Rencana-rencana tersebut seperti berjalan lancar hingga dua bulan kemudian.
Bahkan pada Kamis (24/12/2020), Amin menegaskan progres pembuatan vaksin Covid-19 sesuai rencana. Persentase perkembangan produksi vaksin tersebut sudah mencapai 60 persen dari proses laboratorium.
Optimisme bahwa produksi vaksin itu selesai sesuai jadwal, pada Maret 2021, untuk kemudian diberikan ke Bio Farma dan diuji secara klinis, pun semakin besar.
Sayangnya, target ketersediaan vaksin tersebut pada awal 2022 kembali mundur menjadi kuartal kedua 2022.
Menkes Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan Vaksin Merah Putih diprediksi siap pada kuartal II-2022.
Sebab, kata dia, ketersediaan Vaksin Merah Putih memang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan 2022.
Budi menyebut, jika vaksin tersebut sudah diberikan tahun 2021, kekebalannya akan mulai habis di tahun 2022.
Adapun proses pengembangan vaksin harus melewati tiga tahapan, dan saat itu masih dalam tahap pertama, yaitu riset dan pengembangan. Output dari research and development berupa vaccine seeds atau bibit vaksin.
Bibit vaksin hasil riset baru dapat diserahkan ke PT Bio Farma pada kuartal I-2021.
Lima hari kemudian, tepatnya pada Senin (18/1/2021), Bambang Brodjonegoro menyebut bibit vaksin Covid-19 untuk Vaksin Merah Putih sudah bisa diserahkan pada PT Bio Farma pada akhir triwulan I 2021 atau Maret.
Jika bibit vaksin sudah diserahkan pada Bio Farma, barulah rentang waktu dan jadwal uji praklinis serta klinis akan ditentukan dalam perjanjian kerja sama.
Demikian pula dengan penerbitan izin penggunaan darurat oleh BPOM.
Respons Positif
Meski target produksi vaksin itu masih gelap, rencana pembuatan Vaksin Merah Putih mendapatkan respons positif dari sejumlah pihak.
Mereka adalah orang-orang yang ragu dengan vaksin impor, yang kala itu memang sempat menuai pro dan kontra.
Salah satu yang merespons positif rencana kehadiran vaksin buatan dalam negeri tersebut adalah dr Tifauzia Tyassuma, Founder/Chairman Ahlina Institute.
Dokter Tifa, sapaannya, sempat menolak keras penggunaan vaksin impor. Kala itu, dia menyaatakan bersedia divaksin dengan vaksin produksi anak bangsa.
Menurutnya, Indonesia memiliki sejumlah ilmuwan hebat yang mampu memproduksi vaksin.
“Ada Vaksin MERAH PUTIH.”
“Ada Vaksin JOGLO SEMAR.”
“Mereka Para Ilmuwan hebat Indonesia, bekerja dalam senyap,” tulisnya pada unggahan Facebook TIfauzia Tyassuma, 16 Januari 2021.
“Entah apakah ada dukungan.”
“Karena yang seharusnya mendukung malah sibuk impor dan promosi vaksin negara lain,” ujarnya.
Dalam unggahannya, dr Tifa menyatakan sangat mendukung para seniornya dan ilmuwan kedokteran yang bekerja dalam diam untuk membuat vaksin hebat.
Jokowi Perintahkan Percepat Produksi
Presiden Jokowi juga telah memerintahkan agar produksi Vaksin Merah Putih dipercepat.
Dalam arahannya pada rapat pimpinan TNI-Polri di Istana Negara, Jakarta, Jokowi menargetkan, produksi vaksin tersebut dimulai pada akhir 2021.
"Saya juga telah memerintahkan untuk mempercepat produksi vaksin kita sendiri, vaksin Merah Putih, tetapi juga ini ternyata memerlukan waktu. Mungkin baru akhir tahun Insyaallah baru diproduksi," kata Jokowi.
Saat itu Indonesia harus bersaing dengan 215 negara lain di dunia untuk memperoleh vaksin Covid-19, sehingga tidak mudah untuk pemerintah mendapatkan vaksin.
Vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia waktu itu baru dari satu negara yakni vaksin Sinovac asal China.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/berbagai sumber