> >

Pengamat Militer Sebut Pemilihan Pesawat Tempur Rafale Langkah Tepat, tapi Ada yang Harus Disoroti

Peristiwa | 12 Februari 2022, 00:50 WIB
Indonesia resmi menandatangani kesepakatan dengan Prancis hari Kamis, (10/2/2022) untuk membeli enam pesawat tempur Rafale sebagai bagian dari total pesanan sebanyak 42 pesawat. Kesepakatan itu diumumkan saat Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto bertemu dengan timpalannya dari Prancis Florence Parly di Jakarta, hari Kamis, (10/2/2022) (Sumber: Jakarta Post)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat militer sekaligus Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khoiurul Fahmi mengapresiasi langkah pemerintah melalui Kementerian Pertahanan membeli pesawat tempur Dasco Rafale.

Pemilihan pesawat tempur Rafale dianggap pas dari aspek geopolitik.

“Kita memang punya cita-cita membeli Sukhoi, tetapi situasi tetap harus dipertimbangkan, keterbatasan anggaran, ruang fiskal, dan sebagainya,” ujarnya, Jumat (11/2/2022).

Menurut Khoiurul, enam pesawat tempur Rafale sebagai langkah awal sudah cukup untuk memulai skema pertahanan negara. Kebutuhan negara saat ini adalah pesawat tempur yang bisa menjalankan multimisi.

Baca Juga: Kementerian Pertahanan Sepakati Pembelian 42 Pesawat Tempur Asal Perancis

“Rafale sudah ideal dan punya keunggulan juga, salah satunya bisa mendarat di landasan pacu yang pendek,” ucapnya.

Terkait persoalan kemampuan daya jelajah dan ketinggian Rafale, ia menilai tidak ada masalah.

Sebab, yang dibutuhkan saat ini adalah pesawat untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan negara, bukan untuk kebutuhan perang yang harus dipertimbangkan daya jelajahnya.

Kendati demikian, ia meminta pemerintah untuk menyoroti pembelian 42 pesawat dan kapal tempur Prancis. Ia beranggapan tidak mungkin seluruh pesawat dan kapal baru.

“Ada yang berasal dari hibah juga, nah yang hibah ini kan sama tuanya dengan kapal yang digantikan, ini yang harus disoroti,” tuturnya.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU