Antara Maut dan Harapan Dalam Hidup Tukang Gali Makam Covid-19
Laporan khusus | Diperbarui 31 Januari 2022, 23:06 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Bersama 17 kawan-kawannya, Husen (46), berbaring di atas tanah gembur tidak jauh dari dua lubang makam yang baru mereka gali di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus, malam itu, pertengahan Juli 2021.
Tubuh mereka lunglai belaka usai bertungkus-lumus menguburkan puluhan jenazah. Di atas gundukan tanah itulah mereka coba sejenak beristirahat sebelum Adi, Petugas Administrasi TPU tersebut yang punya nama lengkap Yosaphat Adhyaksa, berteriak ke arah para tukang gali makam itu:
“Masih ada dua jenazah lagi, ya!”
Jam operasional TPU Bambu Apus sebetulnya telah berakhir sejak pukul 4 sore tadi. Tapi situasi pandemi yang tengah melonjak membuat mereka masih bertahan untuk pelayanan. Dua jenazah tadi adalah dua jenazah terakhir malam itu.
Situasi semacam itu sebetulnya bukan hal asing bagi Husen. Ia masih ingat betul, sepanjang Juni-Agustus 2021, TPU Bambu Apus kewalahan menerima jenazah Covid-19. Belasan mobil ambulans dengan sirine saling bersautan berjajar menyesaki jalan setapak yang belum lama dicor sepanjang TPU hingga gerbang pemakaman.
Tiap keluarga akan menunggu dalam jarak batas aman. Sementara Husen dan kawan-kawannya bergegas pindah dari satu liang kubur ke liang lainnya untuk membantu mengurai antrean ambulans yang sudah mengular.
Akibat kekurangan tenaga penggali kubur, sejumlah petugas pemakaman dari TPU Pondok Rangon didatangkan sebagai bala bantuan.
“Kami total di sini sekitar 18 petugas yang gali itu nggak mumpuni waktu itu yang setiap hari minimal 40 makam. Akhirnya ada petugas dari TPU Pondok Rangon bantu kami,” kata Adi, di TPU Bambu Apus, Kamis (27/1/22).
Bala bantuan itu nyatanya belum juga cukup karena jenazah demi jenazah terus berdatangan. Pihak TPU Bambu Apus akhirnya mendatangkan sebuah kendaraan taktis untuk membantu penggalian agar lebih cepat: sebuah eskavator.
Adi bercerita, saat terjadi lonjakan kasus Covid-19 akibat virus Corona varian Delta, TPU Bambu Apus dapat menerima sebanyak 40-50 jenazah setiap harinya. Hanya dalam dua bulan, lahan seluas kurang lebih satu hektar yang setidaknya mampu menampung hingga 2.000 jenazah tersebut sudah terisi penuh.
Total luas TPU Bambu Apus, kata Adi, mencapai lima hektar. Namun, lahan yang baru digunakan untuk pemakaman baru sekitar dua hektar sementara sisanya masih disiapkan. Dari dua hektar tersebut, sebanyak tujuh blad pemakaman diperuntukkan untuk jenazah Covid-19 sementara tiga blad digunakan untuk pemakaman umum.
“Total (makam) Covid-19 kami sekitar 1.900 sampai 2.000. Kami ada tujuh blad untuk pemakaman Covid-19. Lainnya itu untuk reguler dan nggak dicampur sih karena jenazah Covid-19 pakai peti dan space-nya lebih besar,” kata Adi.
Mengutip data dari laman corona.jakarta.go.id, per 29 januari 2022 sebanyak 32.002 jenazah dimakamkan dengan prosedur tetap Covid-19 di Jakarta. Sementara angka kematian secara nasional sudah mencapai 144 ribu kematian sejak Covid-19 melanda. Puncaknya terjadi pada periode Juni – Agustus 2021 lalu. Dalam satu hari, kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 2.000.
Sementara yang paling tinggi terjadi pada 27 Juli 2021. Hari itu ada 2.069 orang yang meninggal.
Kebanjiran 'Order', Kebanjiran Risiko
Petugas pemakaman kala itu ibarat kebanjiran “order”. Tidak hanya jam kerja yang bertambah dan waktu istirahat yang hampir nihil, risiko pekerjaan jelas tidak lagi sembarangan. Mereka yang sebelumnya hanya bermodalkan kaos dan sepatu bot ketika turun ke liang lahat, kini harus memastikan keamanan dan keselamatan diri sendiri dengan sejumlah peralatan dan prosedur.
Naasnya, ketika mereka mempertaruhkan leher karena risiko pekerjaan, di kawasan rumah para penggali makam tersebut justru tak ubahnya “public enemy” yang terus menerus diselidiki dan dihindari oleh tetangga sekitar. Inilah risiko sosial di samping risiko nyawa yang mesti mereka hadapi. Husen memaklumi sikap tersebut dan menerima kenyataannya.
“Jangankan dijauhi masyarakat, sama keluarga sendiri saja kayak nggak dianggap,” katanya sambil tertawa.
Ritual harian Husen setiap pulang kerja seperti ini:
Sang istri tidak akan memperbolehkannya untuk langsung masuk rumah. Ia diminta bebersih dahulu di luar dengan seember air yang telah disiapkan. Pakaian bekas pemakaman juga wajib ditinggalkan di halaman. Setelah semuanya rampung, barulah Husen dipersilakan masuk ke rumah, rumahnya sendiri, lalu bertemu dengan sanak familinya.
Dihubungi terpisah, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Profesor Zubairi Djoerban, menjelaskan, petugas pemakaman Covid-19 wajib menerapkan prosedur tetap atau protap Covid-19 lengkap dengan alat-alat pelindung diri.
“Prinsipnya gini, kalau orang habis meninggal, tentu virusnya nggak akan langsung mati,” kata Prof Zubairi saat dihubungi melalui telepon, Jumat (29/1/22).
Sejumlah alat-alat yang wajib digunakan oleh penggali kubur dengan protap Covid-19 ialah Alat Pelindung Diri (APD), tutup kepala, masker N95 atau KN 95, face shield atau kacamata google sepatu, dan sarung tangan. Prof Zubairi menambahkan, ada bagian tubuh jenazah yang perlu diperhatikan karena rawan akan penularan, yakni; mata, hidung, tenggorokan, gigi, gusi, dan paru-paru.
Penulis : Hasya Nindita Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV