Pakar Pidana soal Kerangkeng Manusia: Bupati Langkat Berperilaku Kolonial di Zaman Milenial
Berita utama | 27 Januari 2022, 08:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar Hukum Pidana dari Universitas Indonesia Asep Iwan Iriawan menilai Bupati Langkat Terbit Rencana Peranginangin telah berprilaku kolonial dengan tameng sosial di jaman milenial terhadap puluhan pencandu narkoba.
Lantaran serta merta membuat kerangkeng seolah-olah sebagai tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba di wilayahnya.
“Yang menarik bagi saya di zaman milenial kok ada kelakuan kolonial bertamengkan sosial, itu kan tadi penjelasan Pak Taufan (Taufan Damanik) jelas sekali kan anak buahnya di lapangan kan,” ucap Asep Iwan Iriawan.
Mengacu pada keterangan yang disampaikam Komnas HAM dan Kepolisian, Asep meyakini apa yang dilakukan Bupati Langkat Terbit Rencana Peranginangin terhadap kerangkeng bagi pencandu narkoba sebagai tindak pidana.
“Jelas ini pelanggaran terhadap KUHP setidaknya Pasal 421, seorang pejabat tidak berwenang melakukan sesuatu, itu yang pertama jelas, setidak-tidaknya, tetapi kita tunggu perkembangan dari kepolisian,” kata Asep.
Baca Juga: Terkuak, BNN Ungkap Tak Semua Orang yang Dikerangkeng di Rumah Bupati Langkat Pecandu Narkoba
Kedua, sambung Asep, kerangkeng manusia yang dilakukan Bupati Langkat Terbit Rencana Peranginangin memenuhi unsur tindak pidana perdagangan orang, karena dipekerjakan.
“Di situ bisa juga pelanggaran terhadap UU Ketenagakerjaan, boleh enggak orang dimasukin kerangkeng, boleh enggak seorang pejabat membuat kerangkeng,” kata Asep.
“Tempat pekerja yang ngumpul enggak segitu amat, dimasukin, dikunci, di situ dengan alasan narkoba (orang dimasukin dan dikunci),” ujarnya.
Asep menegaskan dalam Undang-Undang Narkotika dijelaskan ada tahapan-tahapan setidaknya ada 9 tahapan ketika orang mendirikan panti rehabilitasi.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV