> >

Jejak Rahmat Effendi: Dari Orang Terkuat Bekasi, Pernah Jadi Sopir hingga Tersangka Korupsi

Peristiwa | 7 Januari 2022, 09:33 WIB
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengenakan romi oranye tahanan KPK, Kamis (6/1/2021). Jejaknya panjang di Bekasi, dari orang yang terkuat jadi sopir hingga jadi koruptor (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara resmi menetapkan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi sebagai tersangka pada hari Kamis (6/1/2022).

Rahmat Effendi ditangkap dari hasil Operasi Tangkap Tangan (OTT) pada Rabu (5/1/2022) dengan dugaan sejumlah suap terkait dengan proyek pengadaan barang dan jasa, serta terkait dengan lelang jabatan yang berada di linkungan pemerintah kota (pemkot) Bekasi.

Dalam operasi OTT itu, KPK mengamankan uang total Rp 5 miliar.

Jejak Rahmat Efendi sebagai wali kota Bekasi bermula pada tahun 2012 sebagai pelaksana tugas.

Ironisnya, ia menggantikan Mochtar Muhammad, wali kota sebelumnya yang juga terjerat korupsi dugaaan suap.

Dilansir dari kompas.com beginilah jejak Rahmat Effendi selama ini di Bekasi, mulai dari jadi sosok berpengaruh hingga mengaku pernah jadi sopir.

Baca Juga: Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi Minta Jatah Uang ke Pengusaha Pakai Kode

Rahmat Efendi adalah Orang Kuat di Bekasi

Pepen, sapaan Rahmat Effendi, selama ini dikenal sebagai salah satu orang terkuat di Bekasi. Jejak dan pengaruhnya dianggap cukup besar di Bekasi.

Apalagi, pepen merupakan sosok politikus kawakan dan sudah memulai karirnya sejak 1999 sebagai anggota DPRD Kota Bekasi.

Karir Pepen meningkat. Ia jadi ketua DPRD Kota Bekasi tahun 2004-2008. Lantas mencalonkan diri dari Wali Kota Bekasi Bekasi pada 2008, berpasangan dengan Mochtar Mohammad.

Pada 2013 kader partai Golkar ini maju sebagai Wali Kota Bekasi dan menang, ia berpasangan dengan politisi PKS Ahmad Syaikhu.

Baca Juga: Masuk Pakai Rompi Biru Keluar Oranye, Walkot Bekasi Rahmat Effendi Resmi Jadi Tahanan KPK

Lantas pada 2018 lalu, Pepen kembali maju sebagai walikota Bekasi dan kali berpasangan dengan Tri Ardhianto, eks ASN Pemkota Bekasi yang mundur dan jadi kader PDIP.

Bukti ia jadi sosok kuat di Bekasi adalah, ia mengemban sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar di Bekasi waktu ia mencalonkan diri.

Putri Pepen, Ade Puspitasari, pada November 2021 lalu terpilih menggantikan ayahnya sebagai ketua DPD Golkar Bekasi secara aklamasi lewat Musyawarah Daerah (Musda).

Baca Juga: Ini Total Uang Suap yang Diterima Rahmat Effendi dari Proyek dan Lelang Jabatan di Pemkot Bekasi

Wali Kota Nyentrik, Rahmat Effendi Mengaku Pernah Jadi Sopir

Rachmat Effendi selama ini dianggap sebagai sosok Wali Kota yang nyentrik. Tahun 2020 ketika Jabodetabek dilanda banjir besar, Pepen datang datang memakai kaos oranye dan sepatu bot saat menemui Jokowi di Istana.

Praktis, hanya dia yang memakai pakaian seperti itu di antara wali kota lain yang dipanggil Jokowi saat itu.

Pada tahun 2019 lalu, ia memancing perhatian dengan mengemudikan sendiri bus hibah dari Kementerian Perhubungan. Ia menyupiri bus itu sendiri dari Bandung hingga Bekasi.

Lantas, ia kembali terlihat menyetir bus karyawan saat mengantara para PNS Bekasi, dari Stadion Candrabhaga hingga Pemkot Bekasi.

Pepen bercerita, ia memang suka menyetir bus. Hal itu mengingatkannya saat masih muda dan bekerja jadi sopir di perusahaan swasta.

"Dulu saya membawa bus pada saat kerja di (perusahaan) swasta. Sempat sepekan yang lalu saya membawa bus hibah dari Provinsi Jawa barat untuk dibawa ke Kota Bekasi, dengan bawa sendiri," ujar Pepen kala itu.

Selain soal jadi orang kuat di Bekasi dan mengaku jadi sopir bus. Pepen juga sempat mendapat penghargaaan karena berani mengeluarkan IMB untuk gereja yang sempat berpotensi memicu konflik pada tahun 2017 lalu.

Pepan pasang badan demi penerbitan IMB Gereja Santa Clara. Gereja itu dituduh melakukan upaya kristenisasi. Pada tahun 2019, jemaat geraja sudah bisa beribadah natal di Santa Clara.

“Lebih Baik tembak kepala saya daripada cabut IMB Gereja,” ujarnya waktu itu.

Kini, Rahmat Effendi justru dijebloskan penjara karena kasus korupsi. KPK menangkap basah dirinya dengan dugaan suap dan penyelewangan jabatan.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU