Begini Analisis Peruntungan dan Kewaspadaan Shio Macan Air Tahun 2022
Budaya | 5 Januari 2022, 23:22 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Memasuki tahun 2022 yang merupakan tahun shio Macan Air, pengamat Feng shui Master Ferry Wong membagikan analisisnya kepada KOMPAS TV.
Berdasarkan filosofi Tiongkok, “NASIB“ (kesuksesan maupun kegagalan) seseorang, dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu Langit, Bumi dan Manusia.
Manusia, meliputi perilaku dan pendidikan, termasuk di dalamnya adalah amal ibadah, ketekunan, pengalaman, jejaring, motivasi, dan lain-lain.
Langit, meliputi sesuatu yang tidak dapat diubah, yaitu yang berhubungan dengan tanggal lahir (shio, unsur) dan perjalanan waktu.
Bumi, meliputi energi di lingkungan seseorang, baik itu energi dari bangunan, maupun energi dari orang lain (pasangan, teman, partner).
“Beranjak dari filosofi itu, maka pergantian tahun merupakan bagian dari faktor langit, yang berarti akan membawa dampak bagi setiap orang dari shio dan unsur lahir,” ujar Master Wong dalam paparan tertulisnya, Rabu (5/1/2022).
Ia menyebutkan, pergantian tahun juga berdampak pada energi bangunan (San Yuan Feng Shui). Ilmu Feng Shui Bintang Terbang berdiri di atas logika bahwa energi akan terus berubah seiring dengan perjalanan waktu, baik itu jam (pagi, siang, malam), harian (ada 10 energi), bulanan (musim dingin, semi, panas, gugur), tahunan (ada 12 shio), dan dua puluh tahunan (ada sembilan periode).
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Feng Shui
Dengan demikian, pada satu titik waktu, ada lima kekuatan energi ( Kayu, Api, Tanah, Logam, Air) yang saling berinteraksi. Akan tetapi, lazimnya pada momentum pergantian tahun, fokus perubahan energi hanya melihat pada energi tahunan.
Adapun, Macan sebagai shio ketiga dari astrologi China adalah binatang yang penuh dengan daya tarik, ramah, sopan bahkan dapat menjadi seorang perayu ulung, terlahir untuk menjadi seorang pemimpin, menghadapi persaingan tajam, tidak takut untuk berseteru, tidak mudah dipengaruhi, tidak suka dihalangi dari kebiasaan umum, terburu nafsu dan tidak sabaran, cara menyerang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara diplomasi.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV