Vulkanolog ITB Ingatkan Masyarakat untuk Waspada Bahaya Sekunder setelah Erupsi Gunung Semeru
Peristiwa | 9 Desember 2021, 21:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Vulkanolog Institut Teknologi Bandung (ITB) Mizram Abrurachman mengingatkan masyarakat Lumajang untuk mewaspadai adanya bahaya sekunder atau bahaya lanjutan setelah erupsi Gunung Semeru.
Mizram menjelaskan ada dua bahaya saat terjadinya erupsi gunung berapi. Pertama bahaya primer yakni erupsi, lava, gas beracun dan awan panas.
Setelah itu, ada bahaya sekuder yakni bahaya yang terjadi setelah gunung api sudah berakhir erupsi. Contohnya lahar dingin yang sering dilihat usai erupsi gunung Semeru dan Gunung Merapi pada 2020.
Baca Juga: Gunung Semeru Masih Aktif! Posko Pemantauan Lihat Ada Kubangan Lava dan Guguran Awan Panas Baru
Kemudian ada gas berbahaya. Jika yang dikeluarkan adalah CO2 atau karbon dioksida, maka akan menimbulkan efek rumah kaca, sedangkan jika gas yang dikeluarkan O2 atau oksigen, maka temperatur akan semakin turun.
"Di Amerika Serikat itu ada gunung berapi sudah padam 600 tahun, tapi gasnya masih keluar sedikt-sedikit," ujarnya dalam Breaking News KOMPAS TV, Kamis (9/12/2021).
Lebih lanjut, Mizram mengatakan, erupsi gunung Semeru kali ini memberi pengalaman baru dalam memberikan peringatan adanya bencana.
Pada 2020, erupsi Gunung Semeru muncul setelah adanya gempa. Sedangkan erupsi tahun ini, muncul tanpa diawali guncangan gempa.
Baca Juga: Banyak Bayi dan Balita di Pengungsian, Warga Korban Bencana Semeru Butuh Peralatan Bayi
Adapun erupsi Gunung Semeru 2021 terjadi karena aktivitas curah hujan yang tinggi. Intensitas hujan yang tinggi membuat katup magma terkelupas, atau dalam konteks lain, air masuk sehingga menambah tekanan dan membuat gunung menjadi aktif.
"Jadi sekarang sudah punya dua tanda peringatan, yang sebelumnya 2020 didahului gempa. Di 2021 ini, Semeru menghasilkan sesuatu yang baru, yakni dengan curah hujan tinggi. Jadi harus lebih hati-hati dan waspada jika memasuki musim hujan," ujar Mizram.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, pihaknya telah memberikan informasi prakiraan cuaca di daerah yang terdampak erupsi Gunung Semeru.
Menurutnya, cuaca ekstrem yakni curah hujan tinggi akan berjalan hingga Januari 2022. Hal ini patut diwaspadai mengingat pencarian korban erupsi Gunung Semeru masih berjalan.
Baca Juga: Update Erupsi Semeru: Jumlah Korban Meninggal Bertambah Jadi 43 Orang
"Kondisi di Jawa Timur termasuk di Lumajang saat ini sedang mengalami peningkatan curah hujan yang menuju ke kondisi puncak di bulan Januari. Sukarelawan dan tim pencari korban harus berhati-hati dan bersiap-siap dengan kemungkinan adanya hujan lebat," ujar Dwi.
Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV