Hari AIDS Sedunia 2021: Ini 5 Fakta dan Mitos Seputar HIV/AIDS
Kesehatan | 1 Desember 2021, 12:08 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Di tengah perhatian masyarakat dunia terkait HIV/AIDS, rupanya masih banyak salah kaprah dan mitos yang beredar.
Mulai dari mitos tentang penularan HIV yang menyebabkan stigma buruk di kalangan penyintas HIV/AIDS, hingga anggapan bahwa HIV/AIDS merupakan hukuman.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa HIV telah merenggut 36,3 juta nyawa. Sementara data pada tahun 2020 menunjukkan bahwa ada 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV, dua pertiganya berada di wilayah Afrika.
Baca Juga: Hari AIDS Sedunia 2021, Kenali Perbedaan Dasar HIV dan AIDS, Benarkah Bisa Menular Lewat Pelukan?
Agar tidak ada lagi kesalahpahaman terkait HIV/AIDS, berikut Kompas TV rangkum berbagai mitos seputar HIV/AIDS dan fakta yang sebenarnya, melansir Healthline, Rabu (1/12/2021).
1. Penderita HIV dapat dilihat dari penampilan
Mitos yang satu ini tidak benar. Seseorang yang tertular HIV umumnya tidak menunjukkan gejala yang tampak. Bahkan, infeksi HIV mungkin menunjukkan gejala yang mirip dengan jenis infeksi lain, seperti demam, kelelahan atau malaise umum.
Terlebih kini ada obat antiretroviral (ART) yang dapat menekan pertumbuhan virus HIV secara efektif. Penderita HIV yang mendapatkan pengObatan antiretroviral ini relatif sehat dan tidak berbeda dengan orang lain yang memiliki kondisi kesehatan kronis.
2. Penderita HIV tidak bisa punya anak
Faktanya, penderita HIV tetap bisa memiliki anak dengan aman. Bagi perempuan yang hidup dengan HIV dan ingin mempersiapkan kehamilannya dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memulai pengobatan ART sesegera mungkin.
Perempuan dengan HIV yang mematuhi pengobatan ART selama masa kehamilannya, hingga pengobatan untuk bayinya selama 4-6 minggu pasca persalinan, dapat menurunkan risiko penularan HIV ke bayi hingga 1 persen.
Selain itu, ibu dengan HIV juga dapat memilih operasi caesar dan pemberian susu formula setelah melahirkan untuk menurunkan risiko penularan apabila viral load HIV tinggi.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Healthline/Red.org