Reaksi Kubu Moeldoko Disindir Tak Berani Buat Partai Baru: Kubu AHY Tak Paham Pascareformasi
Politik | 1 November 2021, 21:12 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Muhammad Rahmad, juru bicara Partai Demokrat KLB Deli Serdang atau kubu Moeldoko, merespons sindiran kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut kalah berani dengan loyalis Anas Urbaningrum.
Seperti diketahui, loyalis Anas Urbaingrum yang dimotori oleh Gede Pasek Suardika membentuk partai baru bernama Partai Kebangkitan Nusantara (PKN).
Baca Juga: Apresiasi Loyalis Anas Urbaningrum, Demokrat Sindir Moeldoko yang Tak Berani Bentuk Parpol Baru
Menyikapi hal tersebut, Rahmad mengatakan, pernyataan kubu AHY justru menunjukkan bahwa mereka tak paham tentang esensi demokratisasi pascareformasi salah satunya menolak oligarki.
“Terkait pernyataan kubu AHY yang menyebut loyalis Anas lebih berani dari kubu Moeldoko, menunjukkan kubu AHY tidak mengerti dan tidak paham esensi demokratisasi pascareformasi, yakni menolak oligarki, tirani, KKN, otokrasi, dan totaliter," kata Rahmad dalam keterangannya yang diterima pada Senin (1/11/2021).
Rahmad menjelaskan, membentuk partai baru bukanlah soal berani atau tidak. Tapi, soal demokratisasi yang sedang diperjuangkan.
Upaya pihaknya saat ini, kata Rahmad, untuk mengembalikan kepemilikan Partai Demokrat kepada rakyat. Hal tersebut merupakan harga mati.
Baca Juga: Demokrat Sambut Baik Partai Baru Bentukan Gede Pasek yang Jaring Loyalis Anas Urbaningrum
"Adalah fardhu ain (wajib bagi setiap warga negara) untuk menghapus praktik oligarki, tirani, otokrasi dan totaliter ala Hitler di dalam Partai Demokrat. Itulah jihad politiknya Pak Moeldoko," ucapnya.
Lebih lanjut, Rahmad mengapresiasi kehadiran PKN yang dimotori mantan Sekjen Partai Hanura yang juga mantan politikus Partai Demokrat I Gede Pasek Suardika.
Menurutnya, hadirnya PKN merupakan bentuk kebebasan berserikat dan berkumpul yang dijamin oleh undang-undang.
Disamping PKN, juga sudah ada sejumlah partai baru lainnya seperti Partai Gelora, Partai Ummat, Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Partai Buruh, hingga Partai Pergerakan Kebangkitan Desa.
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV