Eko Rusdianto, Jurnalis Project Multatuli Ungkap Alasan Menulis Kasus Pemerkosaan di Luwu Timur
Peristiwa | 14 Oktober 2021, 22:33 WIBDia mengaku beruntung mendapatkan kepercayaan dari Lydia yang kemudian menceritakan bagaimana prosesnya melaporkan kasus yang menimpa anaknya hingga penyelidikan dihentikan polisi.
“Ini keburuntungan menurut saya. Saya tidak bilang kenapa dia memercayai saya, mungkin ini keberuntungan dari saya. Saya kontak-kontakan sebelum saya ketemu, dan dia bicara tentang itu.”
Baca Juga: Ada Kerusakan Organ Vital, LBH APIK Minta Polisi Dalami Alat Bukti Kasus Kekerasan di Luwu Timur
Dia bercerita, bahwa dia cukup banyak berkomunikasi dengan Lydia untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai kasus tersebut.
Dalam salah satu sesi wawancara, Lydia memberikan kepercayaan kepada dirinya agar suaranya dapat didengar oleh publik.
“Oke, saya percaya kau, dek. Ayo kita jalan sama-sama. Kemudian kalau kau menulisnya, apa pun, suara ini didengar,” kata Eko menirukan perkataan Lydia.
Kata-kata Lydia tersebut diakuinya membuat tulisan tersebut mandek hampir tiga hari karena kepercayaan yang cukup besar.
Eko menegaskan, dirinya tidak memiliki tendensi apa pun kepada polisi seperti banyaknya spekulasi yang bermunculkan soal dirinya hingga tagar #PercumaLaporPolisi menggema.
Ekor Rusdianto hanya ingin menyuarakan suara dari Lydia yang justru mendapat stigma ‘gila’ oleh masyarakat Luwu Timur gegara memperkarakan mantan suaminya.
“Saya hanya sebagai wartawan yang menyampaikan suara orang-orang yang dipinggirkan, suara orang-orang yang tidak mau didengar karena stigma dia di Luwu Timur dianggap dia yang gila.”
Baca Juga: 5 Fakta yang Ditemukan Tim Supervisi Bareskrim Polri di Kasus Dugaan Pemerkosaan Anak di Luwu Timur
Usai liputannya terbit di laman projectmultatuli.org, Rabu (6/10/2021), dan menjadi ramai di media sosial, laman Project Multatuli diretas dan mendapat serangan DdoS (Distributed Denial of Service).
Menanggapi hal tersebut, Eko mengatakan, serangan tersebut sama saja dengan pemberedelan.
“Saya juga heran, kenapa orang-orang meng-hack website Multatuli. Zaman sekarang ternyata kita masih mengalami itu. Jika dulu pembredelan, sekarang adalah serangan digital itu. Saya merasa bahwa ini bagian dari tantangan jurnalisme sekarang di era digital,” tandasnya.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV