Melihat Bali Jelang Pembukaannya
Aiman | 12 Oktober 2021, 06:05 WIBKOMPAS.TV - Kamis Lusa (14/10/2021), Bali akan resmi dibuka untuk turis mancanegara, setelah 1,5 tahun terpuruk akibat pandemi.
Saya berkunjung ke Bali untuk melihat beberapa hari persiapannya. Termasuk masuk secara eksklusif ke area terbatas di Bandara Ngurah Rai dan mewawancarai Gubernur Bali Wayan Koster.
Perjalanan pertama saya adalah ke daerah wisata populer di Badung, Bali, yakni Kuta. Saya berkunjung siang dan juga malam hari. Seperti apa yang terjadi? Sungguh miris.
Saya melihat di kanan dan kiri, toko, rumah makan, hingga tempat penukaran uang alias Money Changer yang tutup. Ada banyak sekali tak terhitung.
Baca Juga: Luhut: Bandara I Gusti Ngurah Rai Buka Penerbangan Internasional Demi Memulihkan Ekonomi Bali
Kondisi Terkini di Kuta Bali
Pada siang hari, sejumlah restoran yang pada sebelum pandemi buka dengan hingar-bingarnya siang hingga malam, kini hanya tersisa tumpukan kursi. Bahkan beberapa tempat di antaranya tengah dalam proses dibongkar.
Tak jarang pula yang berstempel dijual atau sekadar dikontrakkan, tapi tak juga kunjung terlaksana proses beli dan sewanya.
Tak pula luput terkena dampak, adalah para penjaja barang dan oleh-oleh khas Bali yang berkeliling di Pantai Kuta. Ibu-Ibu setengah baya yang berjalan tak henti di pinggir Pantai Kuta, Bali.
Ratna namanya, ia sudah beberapa jam lalu berkeliling, tapi tak satu pun barang dagangannya terjual.
Ratna harus melanjutkan kehidupan, meski memang sangat tampak bahwa wisatawan yang ada di Pantai Kuta bisa dihitung dengan jari.
Hanya tampak beberapa wisatawan asing yang memang sudah lama tinggal di Bali. Biasanya mereka memiliki usaha di Bali, yang juga pasti mayoritas terkendala dampaknya. Kecuali mereka yang berlibur di Bali, dan bekerja dari Bali dalam waktu yang lama.
Bali yang Paling Terpuruk akibat Pandemi
Gubernur Bali yang saya wawancara memang menyebutkan kondisi ekonomi Bali, yang mayoritas bergantung secara langsung atau tidak langsung pada pariwisata terdampak.
Bahkan pertumbuhan ekonomi Bali terpuruk pada minus 9 persen tahun 2020 lalu, menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang paling jatuh terdalam.
"Tahun 2020, minus 9 persen, tidak pernah sepanjang Bali berdiri, terdampak karena pandemi," ungkap Gubernur Koster kepada Saya.
"Apalagi saat (Penyebaran Covid) sedang tinggi-tingginya pada Juli (2021) lalu. Saya sulit tidur, memikirkan kondisi (masyarakat) Bali," tambah Koster.
Meski beruntung, masyarakat Bali bahu membahu, saling membantu. Seperti dengan penjaja sewa papan selancar di Pantai Kuta, Jeffry.
"Sudah seminggu kami di sini, tak satu pun ada yang menyewa"
Lalu bagaimana melanjutkan hidup?, tanya saya.
Beruntung ada bantuan (sosial) juga warga yang saling memberi makan kepada kami.
Dengan pembukaan Bali, ada harapan baru, sekaligus juga tantangan.
"Saya senang, akan pembukaan kembali Bali untuk wisatawan mancanegara, tapi kami tetap akan jaga dan buka secara bertahap, untuk menjamin kesehatan!" Kata Gubernur Bali, Wayan Koster.
Koster yakin akan pembukaan ini, tidak akan memunculkan kondisi yang terkendali. Ada rencana-rencana yang sudah disiapkan.
Di antaranya di Hulu adalah soal ketertiban protokol kesehatan termasuk pengetatan di pintu gerbang Bandara. Lalu di hilir, mempersiapkan pula fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik) yang siap dengan penanganan, obat, dan rencana darurat kesehatan.
Baca Juga: Begini Upaya Menparekraf Sandiaga Uno Antisipasi "Wisata Balas Dendam"
Tantangan Bali Saat Dibuka
Meski semua ini bisa dilakukan, bila disertai dengan kesadaran. Memang ada 2 negara yang masih mencatatkan akan kenaikan Covid, dari 6 negara yang dibuka pada tahap pertama yakni Jepang, Tiongkok, Selandia Baru, Korea Selatan, Uni Emirat Arab yakni Negara Bagian alias Emirat Abu Dhabi dan Dubai.
Di mana Korea Selatan dan Selandia Baru, dua negara yang masih berjibaku dengan kenaikan angka Covid sejak beberapa bulan terakhir.
Hidup berdampingan dengan Covid, memang harus dilakukan. Sulit membayangkan negara yang memiliki Nol kasus Covid, di tengah hubungan yang tanpa batas sekat negara saat ini.
Entah kapan berakhir, tapi kehidupan baru harus segera dimulai.
Bermodal pengetahuan, dan kesadaran untuk menjaga dari penularannya!
Kalau bukan kita, siapa lagi!
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Penulis : Fadhilah
Sumber : Kompas TV