> >

Parasetamol Jadi Biang Pencemaran Teluk Jakarta, Mulai Sekarang Jangan Sembarangan Buang Obat

Kesehatan | 4 Oktober 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi obat parasetamol. (Sumber: THINKSTOCKPHOTOS)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pencemaran Teluk Jakarta oleh limbah obat-obatan yang mengandung parasetamol menjadi perhatian banyak orang belakangan ini.

Fenomena tersebut pertama kali terkuak lewat studi High Concentrations of Paracetamol in Effluent Dominated Waters of Jakarta Bay, Indonesia dalam jurnal Science Direct, Agustus 2021.

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zainal Arifin pun sempat memberikan tanggapan terkait pencemaran itu, Minggu (3/10/2021).

Zainal menduga, konsumsi obat parasetamol yang berlebihan oleh masyarakat, rumah sakit, serta industri farmasi menjadi alasan di balik pencemaran Teluk Jakarta.

Baca Juga: Air Laut Teluk Jakarta Disebut Mengandung Parasetamol, Ini Kata DLH DKI

Menurut Zainal, dalam segala lingkup, pengelolaan limbah produk farmasi seperti parasetamol mesti dilakukan secara tepat agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Misalnya di lingkup rumah tangga, sanitasi yang kurang baik seperti tangki septik tak memadai dapat meloloskan limbah ke saluran air sekitar, mulai dari sungai hingga laut lepas.

Oleh sebab itu, untuk meminimalkan pencemaran lingkungan, manajemen limbah produk farmasi harus dilakukan dengan baik dan hati-hati, terutama cara membuangnya.

Berdasarkan imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berikut cara membuang obat yang benar agar tidak mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan.

  • Obat dikembalikan ke produsen atau pabrik
  • Obat rusak, bekas, dan kedaluwarsa sebaiknya dikembalikan ke produsen atau perusahaan obat agar tidak terjadi penyalahgunaan obat
  • Sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, obat sudah dipisahkan dari kapsul dan dibakar menggunakan insinerator
  • Obat rusak, bekas, atau kedaluwarsa digerus, lalu dituang ke dalam drum dan dicampurkan dengan dengan semen atau campuran kapur, plastik busa, dan pasir. Setelah itu, drum ditutup rapat, baru dibuang ke TPA

Baca Juga: Waduh, Peneliti BRIN Sebut Angke dan Ciliwung Tercemar Paracetamol dengan Konsentrasi Tinggi

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas.com


TERBARU