'Juara Dunia' Penyiksa Hewan, Indonesia Banyak Unggah Konten Kekerasan Binatang di Media Sosial
Sosial | 3 Oktober 2021, 21:19 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia kembali menerima titel yang kurang sedap didengar, yakni juara dunia sebagai negara penyiksa hewan.
Melansir BBC, predikat tersebut berdasarkan hasil riset Asia for Animals Coalition terhadap 5.480 konten penyiksaan hewan di media sosial yang 1.626 di antaranya berasal dari Indonesia.
Asia for Animals Coalition telah mengumpulkan data sejak Juli 202 hingga Agustus 2021, dengan sumber konten dari YouTube, Facebook dan TikTok.
"Mungkin fakta paling mengejutkan, secara kolektif, 5.840 masing-masing video yang kami dokumentasikan telah ditonton sebanyak 5.347.809.262 kali saat penelitian ini ditulis," tulis Asia for Animals Coalition dalam laporannya.
Baca Juga: Larang Sembelih Hewan Secara Halal, Muslim Belgia Ajukan Banding
Dalam laporan tersebut, Asia for Animals Coalition pun menyebutkan, banyak kerugian yang diderita oleh hewan akibat penyiksaan dari manusia.
Mirisnya, dari konten-konten penyiksaan hewan itu, platform media sosial sebagai tempat berbagai serta pengunggahnya justru meraup keuntungan.
Sementara itu, Animal Defender Indonesia mengatakan, maraknya video penyiksaan hewan yang diunggah dari Indonesia merupakan dampak dari ketidakpastian hukum.
"Ini tekanan baik bagi legislator di Indonesia, bahwa ayo kita perbaiki undang-undangnya," kata pendiri Animal Defender Indonesia Doni Herdaru Tona, dikutip dari Kompas.com, Minggu (3/10/2021).
Selain itu, Doni mendapati, kebanyakan pengunggah konten kekerasan terhadap hewan di media sosial adalah anak-anak remaja yang dapat dikatakan mengalami sindrom look at me generation.
"Umumnya, kasus putar-putar kucing ini (diunggah) anak-anak tanggung. Itu kucingnya sempoyongan, ada yang jatuh ke comberan dan lain-lain," ujar Doni.
Baca Juga: Tabrak atau Hindari? Berikut Keputusan yang Mesti Diambil saat Ada Hewan Menyebrang Jalan Tol
Maka dari itu, bersama Animal Defender Indonesia, Doni terus berupaya memberikan edukasi kepada remaja masa kini bahwa mencari hiburan itu tidak harus dengan menyiksa hewan.
Hal tersebut pun didukung oleh pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Karin Franken yang menyebut betapa pentingnya edukasi untuk berhenti menyiksa hewan.
"Menurut saya, ini masalah edukasi, sama juga pemerintah yang tidak cukup tegas karena mereka melihat ini bukan concern (perhatian)," kata Karin.
Karin menambahkan, penjelasan terkait bahaya penyiksaan hewan juga harus digencarkan kepada anak-anak sedari dini, sebelum terlambat dan kian berlarut hingga sulit ditanggulangi.
"Anak kecil lempar batu (ke hewan), tak bisa di-judge punya sifat jahat. (Atau dicap) anak sadistis, tidak bisa. Tapi, kalau dibiarkan lama-lama, bisa akan menuju ke sikap itu," jelas Karin.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas.com/BBC