IDAI Laporkan 37 Ribu Anak Terpapar pada Gelombang Pertama Covid-19, Kasus Terbanyak di Jabar
Peristiwa | 26 September 2021, 23:33 WIBMerujuk dari data tersebut, IDAI juga mencatatat di antara anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang ditangani oleh dokter anak, angka kematian tertinggi pada anak usia 10-18 tahun sebanyak 26 persen.
Kemudian diikuti usia 1-5 tahun sebanyak 23 persen, anak usia 29 hari-kurang dari 12 bulan sebanyak 23 persen, anak usia 0-28 hari sebanyak 15 persen, dan usia 6 tahun sampai kurang dari 10 tahun sebanyak 13 persen.
"Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus Covid-19 anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid-19. Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tata laksana yang cepat dan tepat," ujarnya menegasakan.
Baca Juga: Cegah Gelombang Ketiga Covid-19, Epidemiologi Beri Saran Ini ke Pemerintah
Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI dr Hikari Ambara Sjakti menyebut melalui laporan tersebut, didapatkan case fatality rate (CFR) Covid-19 pada anak di RI, yakni 522 kematian dari 35.506 kasus suspek (CFR 1,4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus terkonfirmasi (CFR 0,46 persen).
Laporan hasil riset IDAI itu menyebutkan CFR Covid-19 anak di RI jauh lebih tinggi dibanding di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, kemungkinan disebabkan kapasitas pemeriksaan (testing) yang rendah sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi.
"Laporan tersebut juga mengungkapkan penyebab kematian anak akibat Covid-19 terbanyak dikarenakan faktor gagal napas, sepsis/syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid)," jelas Hikari.
Sementara komorbid terbanyak pada anak Covid-19 yang meninggal, lanjut dia, adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun. Sementara 62 anak meninggal tanpa komorbid.
IDAI juga menuturkan pada waktu yang sama Kementerian Kesehatan menerbitkan data ada 77.254 kasus anak terkonfirmasi Covid-19 dari total kasus 671.778.
Adanya perbedaan jumlah tersebut, terjadi karena di penelitian ini yang terdata hanyalah kasus yang ditangani oleh dokter anak, sementara Kemkes juga masukkan data dari anak yang tidak bergejala dan hasil telusur kontak.
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV