> >

Klarifikasi Data 2,8 Persen Sekolah Jadi Klaster Covid-19, Kemendikbudristek: Ada Mispersepsi

Peristiwa | 24 September 2021, 19:22 WIB
Ilustrasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM). (Sumber: Kompastv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluruskan soal isu 2,8 persen atau 1.296 sekolah dari 46.500 yang disurvei yang melaporkan adanya klaster Covid-19 selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. 

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (PAUD Dikdasmen), Jumeri menyebut terdapat sejumlah mispersepsi mengenai isu tersebut.

"Terkait dengan pemberitaan yang viral saat ini di media bahwa terdapat 1.296 klaster Covid di sekolah ini perlu kami luruskan, perlu diklarifikasi, dijelaskan kembali mispersepsi yang terjadi," kata Jumeri dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (24/9/2021).

Mispersepsi pertama, kata Jumeri yakni mengenai terjadinya klaster akibat PTM terbatas.

Menurut pemaparannya, data 2,8 persen yang dipublikasikan dalam laman Kemendikbudristek bukanlah klaster pendidikan.

"Itu 2,8 persen bukan klaster pendidikan, tapi itu adalah data yang menunjukkan satuan pendidikan yang melaporkan lewat aplikasi kita, laman kita bahwa di sekolahnya ada warga yang terkonfirmasi positif Covid-19," ujarnya.

Lebih lanjut, dia berujar data 2,8 persen sekolah yang terjadi penularan Covid-19 ini belum tentu berasal dari sekolah yang melaksanakan PTM terbatas.

Mengingat, dari banyak sekolah hanya 46.580 responden sekolah yang mengisi survei Kemendikbudristek.

Baca Juga: Temukan Pelanggaran dalam PTM, Ganjar Minta SMKN 1 Tengaran Lakukan Evaluasi

“Jadi ini kita punya banyak sekolah, yang melapor itu 46.580 baik dia melapor bahwa sudah PTM maupun melapor belum PTM,” jelasnya.

Mispersepsi lainnya yakni, data 2,8 persen yang masuk dalam database Kemendikbudristek bukanlah laporan akumulasi dari kurun waktu satu bulan terakhir.

Melainkan, kata Jumeri, akumulasi dari 14 bulan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Hal ini dapat diartikan bahwa data tersebut bukanlah data saat pelaksanaan PTM berlangsung.

"Itu bukan berdasarkan laporan satu bulan terakhir, tetapi 14 bulan terakhir sejak tahun lalu yaitu Juli 2020," kata Jumeri menegaskan.

Terakhir, Jumeri mengklarifikasi adanya isu yang beredar mengenai 15. 429 siswa dan 7.307 guru positif Covid-19.

Menurut pemaparannya, data yang berasal dari laporan yang disampaikan oleh 46.500 satuan pendidikan itu masih belum diverifikasi, sehingga masih ditemukan kesalahan dalam proses input data.

“Misalnya, ada yang menginput data yang dilaporkan oleh satuan pendidikan seperti laporan jumlah laporan guru yang positif itu melebihi jumlah guru yang ada di sekolah itu. Itu kan tidak mungkin,” tuturnya.

Sebab itu, Jumeri meminta kepada seluruh masyarakat untuk tidak khawatir terkait PTM terbatas yang tengah dilaksanakan saat ini. 

"Kita tahu bahwa PJJ (pembelajaran jarak jauh) kita atau BRD (belajar dari rumah) kita tidak bisa ideal, banyak hambatan dalam PJJ kita. Sehingga ini ikhtiar kita dengan tetap membuka PTM dengan level Covid," ungkap dia. 

Baca Juga: Ada Klaster Covid-19 di Sekolah, Nadiem: PTM Terbatas Harus Jalan

 

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU