> >

Minim Alutsista untuk Amankan Laut Natuna Utara: Butuh 8 KRI, TNI AL Hanya Punya 5 Kapal Perang

Peristiwa | 18 September 2021, 21:47 WIB
Ilustrasi kapal perang Republik Indonesia (KRI). Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mengaku memiliki keterbatasan alutsista untuk menjaga Laut Natuna Utara dari kapal perang asing. (Sumber: Dok. Pemkab Banyuwangi)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pangkoarmada I Laksamana Muda TNI Arsyad Abdullah mengatakan TNI AL kekurangan alutsista untuk mengamankan kawasan Laut Natuna Utara di tengah pembicaraan ramai soal nelayan takut dengan kapal perang China.

Laksda TNI Arsyad Abdullah membeberkan, TNI AL saat ini mengerahkan 5 kapal perang Republik Indonesia (KRI).

“Kondisi saat ini, kekuatan yang dikerahkan Mabes TNI pada Angkatan Laut ada 5 KRI dan 1 pesut untuk melaksanakan pengamanan di Laut Natuna Utara,” ujar Arsyad kepada Kompas TV pada Sabtu (18/9/2021) malam.

Biasanya 3 kapal perang akan melakukan patroli di Laut Natuna Utara, sedangkan 2 KRI lain akan mengisi bekal secara bergantian. 

Baca Juga: Bukan Cuma China di Laut Natuna Utara, Pengamat Sebut AS dan Sekutu akan Kerahkan Kapal-Kapal Perang

“Namun, ini merupakan standar yang sangat minim. Di laut ada 3 KRI dan 2 yang melakukan bekal ulang. Ini sangat minim untuk mengamankan Laut Natuna Utara,” beber Arsyad.

Menurutnya, bila mempertimbangkan kemampuan radar kapal perang, TNI AL membutuhkan setidaknya 8 KRI untuk menjaga Laut Natuna Utara.

“Melihat cakupan yang dimiliki oleh radar, itu setidaknya satu kali melaut harus 8 KRI. Jadi sangat minim,” ucapnya.

Di tengah keterbatasan itu, TNI AL berusaha memperkuat pengamanan perairan Indonesia dengan sumber daya yang ada.

“Kondisi yang dihadapi sekarang dengan sangat minimnya kekuatan karena keterbatasan anggaran, kita berupaya memperpanjang pemantauan menggunakan pesawat patroli udara maritim,” kata Arsyad.

Lalu, TNI AL juga membagi wilayah perairan Indonesia dalam tiga sektor untuk kepentingan pengamanan.

“Kita berupaya membagi ada sektor timur, sektor tengah dan sektor barat dengan kekuatan terbatas,” jelas Arsyad.

Ia memaparkan, bila ada sektor pengamanan yang membutuhkan bantuan, KRI di sektor lain akan ikut membantu.

Pada kesempatan yang sama, pengamat militer Connie Bakrie memperingatkan bahwa banyak negara memiliki kepentingan di sekitar kawasan Laut Natuna Utara dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Pengakuan Nelayan Natuna Yang Sebut Kondisi Laut Natuna Tidak Aman

“Kawasan (Laut China Selatan) itu bukan cuma China yang hadir. Tapi, tiba-tiba ada negara-negara NATO,” ujar Connie.

Ia mengatakan, Amerika Serikat telah membangun kerja sama dengan Australia, Inggris, Jepang, dan India untuk menandingi China di kawasan perairan sekitar ASEAN.

“Aliansi Amerika, Australia, dan Inggris ini tidak main-main karena akan mendorong semua langkah-langkah agresif. Dan bekerjasamanya ini dari teknologi, militer, segala hal karena mereka akan menekankan ke arah regional,” papar Connie.

Sebab itu, ia meminta negara bersiap untuk memperkuat TNI Angkatan Laut sebagai penjaga kedaulatan Indonesia.

“Mau tidak mau revolusi anggaran pertahanan, utamanya Angkatan Laut. Kemudian, kemampuan alutsistanya, pelatihan personelnya, infrastrukturnya, doktrinnya harus berubah cepat,” kata Connie.

Ia mengakui, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto baru mendapatkan lisensi atas dua unit Kapal Frigate Arrowhead 140 dari Inggris untuk memperkuat TNI AL.

Akan tetapi, ia menganggap hal itu tak cukup di tengah kecepatan negara-negara lain memperkuat kekuatan sekitar kawasan perairan ASEAN.

“Kita hargai apa yang dilakukan Menhan Prabowo dengan menandatangani kesepakatan pembelian frigate dengan Inggris. Saya harap akan ada kecepatan untuk memperkuat kekuatan laut,” ujar Connie.

Baca Juga: Kapal Perang China Masuk ke Perairan Natuna Utara, Nelayan Takut Untuk Melaut

 

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU