Agar Bisa Diterima Masyarakat, Mantan Napi Terorisme Diajari Jadi Petani dan Peternak
Peristiwa | 14 September 2021, 12:55 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Banyak mantan napi terorisme yang sulit diterima masyarakat. Hal ini dikhawatirkan membuat para mantan napi itu mengulangi perbuatannya.
Sebab, ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong masuknya paham radikal terorisme.
Karena itu, penanggulangan terorisme berbasis pembangunan kesejahteraan terus dikembangkan Badan Nasional Penanggulangan Terorimse (BNPT) bersama mitra strategis dari kalangan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Kali ini, BNPT berkolaborasi dengan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN) guna menyukseskan program Kawasan Khusus Terpadu Nusantara (KKTN) yang fokus pada upaya pencegahan terorisme, khususnya di 5 wilayah sasaran program KKTN yakni di Nusa Tenggara Barat (NTB),Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah.
Baca Juga: BNPT Gelar Vaksinasi di Kampung Amrozi, Mantan Terpidana Kasus Terorisme Ikut Divaksin
Melalui kerja sama ini, BNPT dan PTPN III menggandeng para mantan napi yang sudah mengikuti program deradikalisasi yang akan diperdayakan untuk mengelola lahan milik PTPN. Agar lahan dapat digunakan secara maksimal, mereka akan diperkaya dengan keterampilan budidaya tanaman kebun atau beternak.
“KKTN ini intinya pemberdayaan eks napiter yang kebanyakan mereka sulit berintegrasi dengan masyarakat, ada yang sulit mendapat pekerjaan, diasingkan,” jelas Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H. dalam pertemuannya dengan Direktur Utama PTPN, Mohammad Abdul Ghani, beserta jajaran Direksi PTPN Senin (13/9/2021).
Sementara Direktur Utama PTPN Mohammad Abdul Ghani, menyambut baik pelibatannya dalam program KKTN. Menurutnya lahan PTPN di lokasi fokus KKTN dapat dioptimalisasikan, utamanya di daerah Jawa Barat dan Sulawesi Tengah.
“Banyak lahan yang bisa dioptimalisasikan, jadi nanti bisa disesuaikan jenis lahan dan aktivitasnya,” kata Mohammad Abdul Ghani.
Baca Juga: Kepala BNPT: Ada Pihak Bangun Simpati Lewat Isu Taliban
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV