> >

Ketua Komisi X: 17 Agustus Momentum untuk Kembali Gelar Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah

Politik | 17 Agustus 2021, 07:07 WIB
Para pelajar terlihat di dalam ruang ujian saat lebih dari satu juta murid sekolah menengah atas melakukan ujian kelulusan di seluruh negeri dalam saat rekor peningkatan tajam untuk infeksi penyakit virus korona (COVID-19) pada beberapa hari terakhir di Hanoi, Vietnam, Rabu (7/7/2021) (Sumber: Antara via Reuters/Thinh Nguyen)

JAKARTA, KOMPAS TV – Peringatan Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia yang jatuh pada hari ini, Selasa (17/8/2021) harus dijadikan momentum untuk mengakhiri darurat pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan segera membuka sekolah yang kembali menerapkan pembelajaran tatap muka. 

“Saya menilai saat ini berbagai prasyaratan untuk membuka sekolah sudah terpenuhi. Mulai dari tren penurunan kasus Covid-19, kian banyaknya guru dan siswa yang menjadi sasaran vaksin, hingga ancaman learning loss yang kian dalam. Maka bertepatan dengan momentum Hari Kemerdekaan maka sudah selayaknya sekolah-sekolah juga bisa dibuka kembali,” kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda dalam keterangan tertulis, Selasa (17/8/2021).

Ia menjelaskan, pembelajaran tatap muka harus segera digelar karena selama ini metode belajar secara daring atau virtual selama kurang lebih dinilai kurang optimal. 

Baca Juga: Tak Hanya Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 5 Peristiwa Penting Ini juga Terjadi pada 17 Agustus

Menurut dia, penyampaian materi pelajaran mungkin bisa disampaikan dengan baik, namun ada masalah di level pengembangan karakter peserta didik yang dinilai tidak berjalan efektif. 

“Kami sepakat dengan pandangan baik dari kawan-kawan MPR maupun DPD jika pelaksanaan belajar jarah jauh tidak berjalan optimal sehingga memunculkan berbagai dampak negatif baik secara akademis, pengembangan karakter, maupun sosial bagi peserta didik,” ujarnya.

Politikus PKB itu menyebut, jika mayoritas orang tua siswa juga berharap agar pembelajaran tatap muka di sekolah segera dilaksanakan. Mereka memastikan jika belajar daring terus dilakukan maka akan memberikan dampak bagi pengembangan mental spiritual anak-anak mereka. 

“Minimnya interaksi peserta didik dengan kawan-kawan maupun lingkungan sekolah membuat anak-anak terjebak pada kebiasaan baru yang bersifat negatif seperti main game online secara berlebihan atau kian tergerusnya kecerdasan emosional mereka. Situasi ini harus diakui telah memunculkan darurat pendidikan bagi bangsa kita,” katanya.

Ia mengakui jika belajar jarak jaruh telah memberikan dampak positif berupa lompatan stake holder pendidikan Indonesia untuk akrab dengan teknologi informasi. 

Namun demikian situasi secara umum belum memungkinkan jika lompatan tersebut menjadi legitimasi untuk membawa ekosistem pendidikan di Tanah Air untul penuh berbasis teknologi informasi. 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU