Raja Mangkunegaran Solo Wafat Karena Sakit Jantung, Tepat 5 Hari Jelang Peringatan Naik Tahta ke-34
Peristiwa | 13 Agustus 2021, 09:15 WIBSOLO, KOMPAS.TV – Raja Mangkunegaran Solo, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX, meninggal dunia karena sakit jantung pada Jumat (13/8/2021) pukul 02.30 WIB.
Pernyataan itu disampaikan Humas Pura Mangkunegaran, Joko Pramudya saat dikonfirmasi.
"Iya benar beliau wafat dini hari tadi pada pukul 02.30 WIB karena sakit jantung," kata Joko.
Diketahui, Mangkunegara IX wafat di Jakarta dan rencananya akan dimakamkan di Astana Giri Layu, Matesih Karanganyar.
"Untuk proses pemakaman masih dirapatkan dan keterangan resminya akan menyusul," lanjutnya.
Baca Juga: Pura Mangkunegaran Surakarta Tiadakan Tradisi Kirab Pusaka 1 Suro karena Pandemi Covid-19
Perlu diketahui, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX naik tahta menjadi raja, pada tahun 1987.
Sementara tiap tahunnya, menurut Pengageng Wedono Satriyo Mangkunegaran, KRMT Lilik Priarso Tirtodiningrat, prosesi peringatan naik tahta Sampeyan Ingkang Jumeneng (SIJ) KGPAA Mangkunegara IX diperingati setiap 9 Suro pada tanggal Jawa.
"Diperingati tepat pada tanggal 9 Suro, tanggal Jawa, dengan prosesi utama wilujengan atau selametan," ungkapnya dilansir dari Tribunsolo.
Pada peringatan itu, biasanya para abdi dalem melangsungkan doa yang dipimpin oleh Kepala Masjid Mangkunegaran Al Wustho.
Selain itu, disiapkan juga sesaji untuk didoakan sebagai syarat ucap syukur. Adapun sesaji yang disiapkan berupa tumpeng, palawijen, jajanan pasar, dan ingkung (ayam utuh).
Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG 13 Agustus 2021, Aceh Hingga Papua Diprediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang
Biasanya, jumlah tumpeng yang disediakan akan disamakan dengan jumlah usia kenaikan tahta yang terhitung sejak 1987 silam.
Nantinya, tumpeng bersama sesaji lain yang disediakan dan dapat dibawa atau dinikmati oleh kerabat maupun abdi dalem Pura Mangkunegaran.
Selain sesaji, biasanya dalam wilujengan yang diadakan akan ditampilkan sebuah tarian sakral Bedhaya Anglir Mendung.
Tarian itu diciptakan RM Said atau Pangeran Sambernyawa dengan menggambarkan perlawanannya terhadap Kompeni tahun 1752 di Ponorogo.
Pada peringatan naik tahta sebelum pandemi, biasanya Pura Mangkunegaran juga mengundang para pejabat negara untuk hadir meramaikan acara tahunan tersebut.
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/tribunsolo