Politisi PDIP Arteria Dahlan Salahkan SBY Soal Warna Pesawat Kepresidenan: Kenapa Pesan Warna Biru?
Update | 5 Agustus 2021, 09:47 WIBKOMPAS.TV - Politisi PDIP, Arteria Dahlan meminta semua pihak untuk tidak mempermasalahkan lagi terkait pengecatan ulang Pesawat Kepresidenan.
Menurut Arteria, seharusnya permasalahan terkait cat Pesawat Kepresidenan ini dibahas saat pemerintahan Presiden SBY yang justru malah memesan Pesawat Kepresidenan berwarna biru.
"Yang harusnya dipermasalahkan itu saat zamannya Pak SBY, kenapa pesannya warna biru, padahal lebih indah dan sangat patut layaknya warna pesawat itu warna merah putih dibandingkan biru putih" tuturnya.
Anggaran pengecatan Pesawat Kepresidenan ini disebut Arteria Dahlan sudah disetujui DPR RI pada tahun 2019 termasuk Fraksi Partai Demokrat.
Penggantian warna Pesawat Kepresidenan dibenarkan Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono.
Menurut Heru Budi, selain Pesawat Kepresidenan atau Pesawat BBJ 2, ada 1 lagi pesawat dan 1 helikopter, yang juga dicat ulang.
Pengecatan ini sudah direncanakan sejak 2019, serta untuk kebanggaan bagi bangsa.
Dalam rilisnya, Heru menyatakan, pengecatan Pesawat BBJ 2 atau Pesawat Kepresidenan, sudah direncanakan sejak tahun 2019, terkait dengan Perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia, di tahun 2020. Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan heli Super Puma dan Pesawat RJ.
Baca Juga: Butuh Dana Hingga Rp 2,1 M, Rencana Cat Ulang Pesawat Kepresidenan Tuai Kritik
Kritik atas pengecatan pesawat dan helikopter kepresidenan menuai kritik.
Bagi Pengamat Penerbangan Alvin Lie, menilai untuk membangkitkan kebanggaan terhadap tanah air, bukan dengan mengganti warna cat Pesawat Kepresidenan.
Untuk saat ini, keberhasilan menangani pandemi lah yang patut menjadi kebanggaan.
Anggota Komisi II DPR Fraksi Pks, Mardani Ali Sera juga mengkritisi anggaran pengecatan ulang pesawat kepresidenan, yang dianggap tak tepat di saat pandemi. Mardani menilai sebaiknya anggaran itu dialihkan untuk penanganan covid-19.
Penulis : Anjani-Nur-Permatasari
Sumber : Kompas TV