> >

Waspada! 5 dari 10 Provinsi Penyumbang Kematian Tertinggi Akibat Covid-19 dari Luar Pulau Jawa-Bali

Update corona | 29 Juli 2021, 21:57 WIB
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. (Sumber: Dok. Humas BNPB)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat 5 dari 10 Provinsi penyumbang kematian tertinggi akibat Covid-19 pada Juli 2021 berasal dari luar pulau Jawa-Bali.

Pernyataan itu disampaikan oleh Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Kamis (29/7/2021).

“Meski, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI masih menjadi penyumbang tertinggi kenaikan kematian,” kata Wiku Adisasmito.

“Namun kita perlu waspada juga dengan Kalimantan Timur, Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan yang turut menjadi penyumbang tertinggi kenaikan kematian mingguan,” ujarnya.

Dengan fakta ini, Wiku berharap sejumlah daerah dengan angka kematian tinggi akibat Covid-19 tetapi tidak menerapkan PPKM level 4 bisa mengantisipasi.

Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Plus Masuk RI, Satgas Jelaskan Skenario Antisipasi Penyebarannya

“Hal ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah daerahnya karena sebagian besar kabupaten/kota di provinsi tidak menjalankan PPKM level 4,” kata Wiku.

Berdasarkan data, Wiku mengatakan, perkembangan kematian akibat covid 19 di Indonesia selama dua Minggu terakhir bertambah lebih dari 1000 setiap harinya.

“Bahkan pada tanggal 27 Juli lalu, kematian harian mencapai 2.069 dalam satu hari,” ujar Wiku.

“Jumlah kematian di bulan Juli ini, menjadi bulan dengan kematian paling banyak selama pandemi di Indonesia,” lanjutnya.

Wiku menambahkan, hingga kemarin kematian akibat Covid-18 di Indonesia tercatat di sebanyak 30.168 pada bulan Juli.

“Angka ini sangat tinggi mengingat pada sebelumnya kematian tertinggi tercatat pada bulan Juni lalu yaitu 7.913 kematian,” kata Wiku.

Baca Juga: Alasan Penyerapan Anggaran Covid-19 di Daerah Masih Minim

Ke depan, Wiku berharap pemerintah daerah lebih mengoptimalkan penanganan Covid-19 dengan selalu pantau rumah sakit di wilayah masing-masing.

Kemudian, lanjut Wiku, mengantisipasi kenaikan kasus dengan memastikan ketersediaan oksigen, obat-obatan, tempat tidur, dan tenaga kesehatan yang bertugas.

“Hal ini dapat meningkatkan kecepatan dan ketepatan penanganan sehingga kematian dapat dihindari,” ujarnya.

Sementara itu, Wiku mengimbau untuk masyarakat yang berada dalam salah satu golongan ini dan mengalami gejala berat, berusia di atas 55 tahun, memiliki komorbid, dan tidak memiliki tempat isolasi.

Sebaiknya, sambung Wiku, tidak melakukan isolasi mandiri.

“Manfaatkanlah tempat isolasi terpusat yang telah disediakan pemerintah di wilayah Anda,” ujarnya.

“Perawatan di tempat isolasi terpusat diawasi langsung oleh tenaga kesehatan dan dipantau, baik tanda vital, gejala, pola makan, dan obat-obatannya. Sehingga jika terjadi perburukan bisa langsung ditangani,” tambahnya.

Wiku menyarankan, sebaiknya isolasi mandiri dipastikan hanya bagi pasien tanpa gejala atau gejala ringan berusia kurang dari 45 tahun. Kemudian, tidak memiliki komorbid dan memiliki tempat yang memadai.

“Sehingga bisa menghindari kontak dengan anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah. Pastikan selama isolasi mandiri untuk makan-makanan bergizi, minum obat, dan secara berkala mengecek temperatur dan saturasi oksigen,” tutup Wiku.

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU