25 Tahun Tragedi Kudatuli, Sekjen PDIP: Perjuangan Belum Selesai Demi Menuntut Kebenaran
Politik | 27 Juli 2021, 14:26 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, pihaknya tak akan pernah lelash untuk terus menuntut kebenaran dari tragedi Kudatuli. Diketahui, hari ini tepat 25 tahun yang lalu peristiwa berdarah itu terjadi di Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Ia menyebut, peristiwa Kudatuli tidak bisa terlepas dari upaya rezim Orde Baru berusaha mengintervensi terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI saat itu. Kantor partai sebagai simbol kedaulatan lalu diserang secara paksa dan menimbulkan banyak korban.
"Perjuangan kita belum selesai, termasuk di dalam menuntut kebenaran hukum atas peristiwa tersebut," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Selasa (27/7/2021).
Baca Juga: Mengenang 25 Tahun Peristiwa Berdarah "Kudatuli"
Ia mengaku tak akan pernah bosan datang ke Komnas HAM, untuk mengingatkan perlunya pengadilan koneksitas agar mereka yang terlibat diadili. Seperti aktor-aktor politik sebagai penyusun skenario yang mencoba mematikan suara rakyat dengan menimbulkan korban jiwa di kantor DPP PDI saat itu.
"Tetapi juga agar keadilan ditegakkan, keadilan yang sebenar-benarnya di mata hukum dan politik," ujarnya.
Selain itu, ia menyatakan dirinya mendapatkan pesan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, bahwa penting untuk membangun sebuah batu monumen untuk memperingati peristiwa tersebut.
"Tadi pagi saya melaporkan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, beliau juga mengingatkan bahwa penting bagi kita di tempat ini untuk membangun monumen 27 Juli," kata Hasto.
Baca Juga: Ditunggu Penuntasan Kasus Kudatuli oleh Komnas HAM
Karena itu, pihaknya akan segera meminta berbagai masukan agar Monumen 27 Juli bisa diwujudkan. Salah satu tujuannya ialah bagaimana monumen itu bisa menunjukkan suatu gelora semangat demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, yang tidak pernah bisa dibungkam oleh kekuasaan yang otoriter.
Penulis : Fadel Prayoga Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV