Hati-hati, Panic Buying Bisa Menular
Sosial | 7 Juli 2021, 05:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Perilaku membeli barang secara tidak rasional akibat kecemasan atau sering disebut panic buying, ternyata bisa menular. Hal itu disampaikan ahli psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia (UI) Mega Tala Harimukthi.
Mega menjelaskan, pada kondisi seseorang yang sangat takut, kemudian melihat orang lain secara langsung ataupun melalui media foto dan video melakukan hal tertentu, dia bisa sangat emosional mempersepsikan hal tersebut, lalu ikut takut.
Akhirnya, karena otaknya lebih mengutamakan sisi emosional dibanding logis dan dia membeli banyak barang yang bisa saja bukan kebutuhan utama dia.
Tidak heran, saat pandemi ini banyak orang memborong susu steril bergambar beruang, sehingga produknya menjadi langka meski dibanderol dengan harga lebih mahal dari biasanya.
Baca Juga: Mengapa Masyarakat Terjebak Panic Buying Awal PPKM Darurat? Ini Penjelasan Psikolog
Kemudian kelangkaan tabung oksigen, vitamin dan suplemen untuk meningkatkan imunitas tubuh menjadi contoh nyatanya.
"Orang yang panik begini irasional, tidak masuk akal. Tetapi semakin dia menunjukkan aksi panic buying itu, membuat orang di sekitarnya jadi ikut terbawa merasakan kepanikan itu," kata Tala.
Di sisi lain, kondisi mentalitas kelompok atau lingkungan juga bisa menjadi penyebab orang panic buying. Orang bisa menafsirkan sebuah kondisi berbahaya, menakutkan, mengkhawatirkan, penuh ketidakpastian dari reaksi orang di sekelilingnya.
"Otomatis dia jadi ikut seperti orang yang dia lihat," ujar Tala.
Mega menyebut, mereka dengan kecenderungan mudah cemas sehingga terbiasa untuk mengambil keputusan secara emosional punya probabilitas melakukan pembelian yang impulsif atau panic buying.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV