Tanggal 30 Juni, Hari Asteroid Internasional, Momen Menyadarkan Publik Potensi Bahaya dari Langit
Peristiwa | 30 Juni 2021, 06:30 WIBSOLO, KOMPAS.TV- Sejak ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 30 Juni 2017 silam, praktis Hari Asteroid Internasional pada tahun 2021 ini merupakan edisi keempat.
Dikenal pula sebagai Hari Asteroid, peringatan ini secara resmi dideklarasikan PBB melalui Resolusi no. 492 Sidang Umum ke–71 yang disahkan pada 6 Desember 2016.
Peringatan Hari Asteroid bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran umat manusia terhadap potensi bencana alam dari langit yang hadir dalam bentuk tumbukan benda langit.
Dengan kata lain, agar kita semua mewaspadai kemungkinan tubrukan asteroid atau komet ke Bumi sebagai sebuah potensi bencana.
Baca Juga: Asteroid Sebesar Dua Kali Lapangan Bola Dekati Bumi Sore Ini, tapi....
Pengamat dan Peneliti Kebumian serta Kebencanaan Ma'rufin Sudibyo, dalam kolomnya di Kompas.com, 1 Juli 2020 menuliskan bahwa kedudukan Hari Asteroid adalah selayaknya Hari Tsunami, yang secara resmi bernama Hari Kewaspadaan Tsunami Sedunia dan diperingati setiap 5 November.
“Karena tumbukan benda langit sanggup memproduksi bencana alam yang dampaknya setara dengan bencana alam lainnya seperti bencana hidrometerologi dan bencana geologi. Bahkan jika melampaui ambang batas tertentu dampak tumbukan benda langit jauh melampaui tingkat keparahan bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami maupun letusan gunung berapi,” ungkap Ma’rufin Sudibyo.
Ia mencontohkan, adanya Letusan Toba Muda 75.000 tahun silam sebagai letusan gunung berapi terdahsyat di muka Bumi dalam 27 juta tahun terakhir.
Dahsyatnya dampak letusan ini menyebabkan populasi manusia saat itu diduga berkurang, seperti terlihat melalui penyusutan genetik.
Akan tetapi, energi letusan tersebut hanyalah seperduaratus saja dibanding kedahsyatan peristiwa Tumbukan Chicxulub 65 juta tahun silam.
Tumbukan ‘kiamat’ itu menyapu populasi dinosaurus dari panggung kehidupan di muka Bumi bersama dengan 75 persen kelimpahan makhluk hidup lainnya yang sezaman.
Baca Juga: 4 Fenomena Langit Hiasi Malam Ini: Salah Satunya Asteroid 2021 AF8 Lewat Dekat Bumi
Dalam kolomnya itu, Ma’rufin Sudibyo juga menuliskan bahwa Peristiwa Tunguska pada 30 Juni dipilih menjadi Hari Asteroid sebagai pengingat atas Peristiwa Tunguska 30 Juni 1908, yakni kejadian tumbukan benda langit terdahsyat dalam sejarah manusia modern.
“Terdahsyat dalam konteks energinya dan dampaknya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terkait peristiwa tumbukan benda langit,” tulisnya dalam kolom tersebut.
Menurut dia, sepanjang sejarah peradaban, telah berkali–kali terjadi sejumlah peristiwa tumbukan asteroid.
Misalnya peristiwa Kaalijarv 7.600 tahun silam di Estonia, peristiwa Campo del Cielo 4.500 tahun silam di Argentina hingga peristiwa Henbury 4.200 tahun silam di Australia.
Namun detailnya sangat terbatas karena hanya bisa dideduksi secara tak langsung berdasarkan jejaknya di batuan, selain lewat aneka legenda setempat dan cerita lisan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Baca Juga: Darurat Prediksi Asteroid Tubruk Eropa dan Amerika, Para Ahli Gelar Simulasinya di Wina
Ia mengatakan, karakter Peristiwa Tunguska jauh berbeda. Selain pernyataan para saksi mata langsung, inilah untuk pertama kalinya umat manusia berkesempatan mengelaborasi dampak tumbukan benda langit melalui radas (instrumen) seismik, magnetik dan barometrik selain melaksanakan penyelidikan lapangan.
Meski masih menyisakan misteri di sejumlah bagiannya; lewat Peristiwa Tunguska–lah, terbentuk pemahaman manusia modern tentang bahaya yang bisa datang dari langit.
Penulis : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV