> >

Pakar Imunisasi Sebut Vaksin AstraZeneca Terbukti Aman dan Banyak Digunkan di Negara Lain

Update corona | 19 Mei 2021, 04:45 WIB
Seorang tenaga kesehatan menunjukkan botol berisi vaksin Astrazeneca di Stuttgart, Jerman, Jumat (19/3/2021). (Sumber: Marijan Murat / dpa via AP)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Elizabeth Jane Soepardi, pakar imunisasi, menyebut 1 miliar dosis vaksin AstraZeneca sudah dipakai secara global dan terbukti aman.

“Lebih dari 1 miliar dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca telah diterima masyarakat dunia. WHO juga sudah menyatakan vaksin ini aman,” ujar Elizabeth dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (19/5/2021).

Ia mengatakan, vaksin AstraZeneca salah satu dari vaksin Covid-19 yang digunakan dalam program vaksinasi pemerintah, dan telah memperoleh Emergency Use Listing (EUL) dari organisasi kesehatan dunia, WHO.

Selain itu, vaksin tersebut juga mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari otoritas kesehatan di 70 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Kata Elizabeth, hal itulah yang membuktikan keamanan dari vaksin yang diproduksi di Inggris, Italia, Korea Selatan, dan India tersebut.

Baca Juga: Fakta Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 yang Dihentikan Sementara

Elizabeth menuturkan, bahwa WHO telah menyatakan AstraZeneca aman dan efektif untuk melindungi orang dari risiko Covid-19 yang sangat serius, termasuk kematian, rawat inap, dan penyakit parah.

Saat ini, vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah vaksin yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Di Eropa, ada Inggris dan Italia yang melaporkan terjadinya penurunan angka kematian yang sangat signifikan usai digencarkannya vaksinasi Covid-19, termasuk penggunaan vaksin Astrazeneca.

Otoritas kesehatan Italia, National Institute of Health (ISS), menyatakan pada 35 hari setelah dosis pertama, terdapat penurunan infeksi sebesar 80 persen, penurunan rawat inap sebesar 90 persen, dan penurunan kematian sebesar 95 persen.

Sementara, hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa 21 hari pasca penyuntikan dosis tunggal vaksin AstraZeneca atau Pfizer-BioNTech, terjadi penurunan angka infeksi Covid-19 sampai 65 persen.

Ini termasuk penurunan infeksi dengan gejala sampai 74 persen dan penurunan infeksi tanpa gejala yang dilaporkan sampai 57 persen.

Baca Juga: Mengenal Gejala dan Efek Samping dari Vaksin AstraZeneca

Terkait dengan pelaporan kasus pembekuan darah pascavaksinasi AstraZeneca, hal itu tidak ditemukan.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi, mengatakan di beberapa negara Eropa telah terkonfirmasi bahwa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya pembekuan darah yang disebabkan oleh vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Kendati demikian, lanjut Nadia, dalam kampanye vaksinasi, merupakan hal yang wajar bagi negara untuk melakukan identifikasi potensi efek simpang setelah imunisasi.

Namun, tidak selalu kejadian tersebut terkait dengan vaksinasi itu sendiri, perlu pwnyekidikan lebih jauh untuk memastikan bahwa setiap masalah keamanan ditangani dengan cepat.

Tentunya, kata Nadia, pemberian vaksin didasarkan pada analisis risiko versus manfaat.

“Kita harus mengetahui riwayat penyakit seseorang sebelum memutuskan apakah KIPI terkait dengan vaksinasi. Itulah yang saat ini sedang dikaji oleh Komnas KIPI,” ujarnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Perdana Vaksin Gotong Royong di Jababeka

Untuk saat ini, dalam kondisi mendesak, pemerintah berikhtiar untuk segera mungkin mewujudkan kekebalan kelompok (herd imunity) dan mengingat keterbatasan vaksin yang ada. Nadia berharap masyarakat tidak ragu mengikuti program vaksinasi.

"Manfaat dari program vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan dengan risikonya. Jadi, tidak ada alasan masyarakat untuk ragu-ragu mengikuti program vaksinasi,” kata Nadia.

Penulis : Hedi Basri Editor : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU