Memulung Demi Membeli Kuota Internet (2) | BERKAS KOMPAS
Berkas kompas | 7 Mei 2021, 16:28 WIBKOMPASTV - Pagebluk korona memupus mimpi Saepul Ulum, remaja di kecamatan Tanjung, Lombok Utara. Empat bulan terakhir, ia harus berbesar hati menghadapi realita sekolahnya terhenti di jenjang kelas tujuh SMP. Sebelum pandemi, bisa bersekolah adalah sebuah keberuntungan bagi Saepul. Ia tertatih karena sulit memenuhi kebutuhan menuntut ilmu. Kali ini, Saepul menyerah ketika pembelajaran daring membutuhkan ponsel, Ia tiada punya.
Baca Juga: Siswi Yatim Piatu Berprestasi Ini Terancam Putus Sekolah, Karena Peraturan PPDB 2020
Setali tiga uang, kisah putus sekolah dialami Renaldi Pratama, warga Kadanghaur, Indramayu, Jawa Barat. Ia putus sekolah saat di bangku kelas delapan MTS dua tahun lalu. Renal bertekad mengumpulkan uang untuk kembali menimba ilmu dengan menjadi anak buah kapal (ABK). Namun, niat ini kandas ketika kapal tempatnya bekerja mengalami kecelakaan pada awal April lalu. Sejumlah rekannya menjadi korban dan meninggalkan trauma pada Renal.
Baca Juga: Terancam Putus Sekolah, Anak Yatim dan Dhuafa di Panti Asuhan Turut Terdampak Corona
Sementara itu, Sintia Nisari harus memulung sejak duduk di bangku kelas tiga SD. Hasil memulung digunakan untuk kebutuhan sekolah dan menambah pemasukan keluarga agar periuk nasi tetap terisi. Kini, pandemi korona menuntutnya bekerja lebih giat sebab Ia harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli kuota internet. Di balik semangat Sintia memulung, orang tuanya khawati Sintia akan putus sekolah seperti Durjoli, sang kakak.
Lantas, bagaimana langkah negara menyelamatkan anak-anak yang tercancam putus sekolah dan mengembalikan mereka yang terpaksa berhenti sekolah akibat pagebluk kembali menuntut ilmu?
Penulis : Anas-Surya
Sumber : Kompas TV