Ini Penjelasan tentang Guillain-Barre Syndrome yang Lumpuhkan Guru Susan Usai Vaksinasi Covid-19
Update | 3 Mei 2021, 17:50 WIBSUKABUMI, KOMPAS.TV - Seorang guru honorer di Sukabumi, Jawa Barat bernama Susan Antela (31) menderita kelumpuhan usai vaksinasi Covid-19 karena terjangkit virus Guillan-Barre Syndrome (GBS).
Menurut Prof Kusnandi Rusmil, Komisi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Barat, Susan telah terjangkit virus GBS beberapa waktu sebelum vaksinasi.
“Sebetulnya dua minggu sebelumnya ada tanda-tanda infeksi yang tidak bergejala. Oleh karena GBS itu tidak mungkin langsung begitu suntik langsung lumpuh,” ujar Kusnandi dalam jumpa pers virtual, Senin (3/5/2021).
Baca Juga: Guru Susan Mengidap Guillain-Barre Syndrome, Kelumpuhannya Usai Divaksin Covid-19 Disebut Kebetulan
Rodman Tarigan, Anggota Komda KIPI Jabar mengatakan, sulit mendeteksi orang yang telah terjangkit GBS. Hal ini karena gejala penyakit ini tak terlihat.
“Kita agak sulit menanyakan ke siapa pun yang akan divaksinasi gejala-gejala GBS. Jadi agak sulit memang untuk melakukan screening karena manifestasi (gejala) tidak muncul,” jelas Rodman.
Susan sendiri datang ke tempat vaksinasi dalam keadaan yang terlihat sehat, menurut Rodman.
“Kalau ada batuk atau pilek sudah bisa di-screening (disaring). Dia datang dalam kondisi sehat, tapi sudah terpapar oleh sesuatu, inflamasi (peradangan) yang ternyata setelah divaksinasi muncul kondisi tersebut,” ujar Rodman.
Dokter spesialiasi neurologi Dewi Hawani menerangkan, Guillan-Barre Syndrome ini menyerang sel saraf. Virus GBS itu membuat sel saraf berubah menjadi sel bakteri.
“Virus dan bakteri ini tidak langsung merusak saraf, tetapi menyerang saraf karena proses autoimun. Sel saraf yang mengurus motorik atau mata itu berubah menjadi sel bakteri,” terang Dewi.
Karena itu, sistem imun tubuh pun menganggap sel saraf sebagai bahaya yang mesti dimusnahkan. Mereka pun menyerang sel saraf orang yang terjangkit GBS.
Baca Juga: Pemerintah Perluas PPKM Mikro Jadi 30 Provinsi, Ini Daftar Wilayahnya
Umumnya, sel saraf yang diserang sistem tubuh ini adalah saraf motorik pengontrol gerak lengan dan kaki.
“Memang gejalanya gejala kelumpuhan tungkai dan tangan, yang berat itu mengenai otot-otot yang mengurus pernafasan,” ujar Dewi.
Melansir Mayoclinic, penyakit ini bermula dari perasaan geli atau lemas di area kaki dan lengan. Kemudian, penderita GBS juga bakal merasakan bagian tubuh atasnya dan tangan ikut lemas.
“Pada sekitar 10% penderita, gejalanya bermula di tangan dan wajah. Saat Guillan-Barre Syndrome makin parah, otot yang lemas dapat berubah menjadi kelumpuhan,” tulis mayoclinic.org.
Ada banyak hal yang dapat memicu penyakit ini, antara lain infeksi campylobacter (bakteri yang mudah dijumpai pada daging unggas kurang matang), virus flu, Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis E.
Covid-19, operasi dan HIV juga dapat menimbulkan penyakit ini.
“Dalam kasus yang jarang, pembedahan atau vaksinasi baru-baru ini dapat memicu sindrom Guillain-Barre,” jelas Mayoclinic.
Tidak diketahui pasti penyebab Guillan-Barre Syndrome ini. Dunia medis juga belum mengenal obat untuk penyakit ini.
Baca Juga: Mumpung Mutasi Corona dari India dan Afrika Selatan Masih Sedikit, Menkes Ajak Segera Vaksinasi
“Tetapi beberapa perawatan dapat meredakan gejala dan mengurangi durasi penyakit,” catat Mayoclinic.
Sebagian besar orang yang terjangkit penyakit ini dapat sembuh setelah beberapa bulan.
“Meskipun kebanyakan orang sembuh dari sindrom Guillain-Barre, angka kematiannya mencapai 4% hingga 7%. Antara 60-80% penderita mampu berjalan dalam enam bulan,” tambah Mayoclinic.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV