> >

Pengamat Politik Paramadina Menyebut Dua Alasan Jokowi Tak Rombak Kabinet Besar-besaran

Politik | 29 April 2021, 08:29 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Wapres Maruf Amin saat memperkenalkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (Sumber: Kompas.com/WAHYU PUTRO A)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejak isu reshuffle mencuat pertengahan April lalu, publik berspekulasi akan ada perombakan besar-besaran di kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo.

Tapi ternyata,  perombakan kali ini Jokowi  hanya melantik dua nama lama.

Diketahui, dalam reshuffle kali ini mantan Wali Kota Solo itu  melantik Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

Nadiem sebelumnya menjabat sebagai Mendikbud dan Bahlil menjabat Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Baca Juga: Jokowi Lantik Nadiem dan Bahlil, Puan Maharani: Reshuffle Besar-besaran Tidak Terbukti

Melansir dari Kompas.com, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebut dua alasan yang membuat Presiden Joko Widodo tidak merombak Kabinet Indonesia Maju secara besar-besaran.

Pertama, saat ini bukan momen yang tepat untuk merombak kabinet secara besar-besaran.

"Pertama memang 'hilal'-nya belum keliatan, waktu yang tepat itu belum keliatan," kata Hendri,  Rabu (28/4/2021).
 
Kedua, Jokowi belum selesai mengevaluasi para pembantunya sehingga reshuffle kabinet kali ini dilakukan terbatas.

"Jadi kalau evaluasinya sudah selesai pasti akan dilakukan reshuffle secara menyeluruh gitu," ujar dia.

Selai itu, kata Hendri, faktor lain yang dapat mempengaruhi reshuflle tersebut antara lain kondisi sumber daya manusia yang bersedia serta kesepakatan dengan partai politik.

Penulis : Hedi Basri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU