Pro-Kontra Koridor Perjalanan Wisata Bagi Turis
Wisata | 22 April 2021, 14:09 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Penundaan koridor perjalanan wisata bagi wisatawan asing dinilai memang harus realistis. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Indonesia Piter Abdullah.
Ia meyakini, koridor perjalanan dapat membantu menghidupkan kembali perekonomian dari sektor pariwisata. Namun, pemerintah diminta tetap realistis dalam menetapkan target, dilansir dari Kompas.id (21/4/2021)
”Kita tidak bisa berharap bahwa koridor perjalanan ini bisa dengan cepat langsung memulihkan ekonomi. Meski ini ide yang bagus, kenyataannya, kita tidak bisa pulih sampai kita berhasil mengendalikan pandemi,” kata Piter.
Senada dengan hal itu, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Azril Azahari mengatakan, dalam kondisi saat ini, sulit untuk membuat prediksi dan menetapkan target membuka koridor perjalanan. Menurutnya, Indonesia tidak bisa disamakan dengan Australia dan Selandia Baru yang sudah resmi membuka koridor perjalanannya pada Senin (19/4/2021) lalu.
Baca Juga: Perjalanan bagi Wisatawan Asing ke Indonesia Kembali "Injak Rem"
Apalagi, melihat kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan saling kontradiktif terhadap upaya pengendalian pandemi. ”Misalnya, pemerintah melarang mudik, tetapi membuka wisata. Orang dilarang pulang ke daerah, tetapi daerah mau dibuka untuk wisata. Janganlah membuat kebijakan yang kontradiktif, ini bahaya, dan akan menjadi pertimbangan dari negara lain yang mau melakukan koridor perjalanan dengan kita,” kata Azril.
Di sisi lain, Presiden Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) N Rusmiati yang mengatakan, pihaknya dapat memahami dilema yang dihadapi antara menggerakkan kembali ekonomi dan mengendalikan pandemi. Namun, ia berharap pemerintah tidak memakan waktu terlalu lama.
Menurut dia, 90 persen aktivitas ekonomi agen perjalanan praktis sudah berhenti sejak tahun lalu saat Covid-19 pertama kali muncul dan pintu perjalanan ditutup. Saat ini pihaknya hanya bisa mengandalkan kunjungan wisatawan domestik atau perjalanan dinas pemerintah yang jumlahnya masih sedikit.
”Saya tahu, kita harus menunggu pandemi pulih. Namun, ekonomi kita bergantung pada turisme dan wisatawan domestik saja tidak cukup untuk menggerakkan itu,” kata Rusmiati.
Baca Juga: Menparekraf Sadiaga Uno: Bali Dapat Prioritas Vaksinasi di Sektor Pariwisata
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV