> >

KH Hasyim Asy'ari, Pahlawan Nasional yang Tak Tercantum dalam Kamus Sejarah Kemendikbud

Sosok | 21 April 2021, 05:00 WIB
Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy'ari (Sumber: tebuireng online)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Akhirnya Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid mengakui melakukan kekeliruan dengan menghapus tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU)  Hasyim Asy'ari dari Kamus Sejarah Kemendikbud. 

Tapi itu disebutnya bukan kesengajan. "Saya mengakui bahwa ini kesalahan. Tapi  karena kealpaan, bukan kesengajaan. Itu poin yang mau saya tekankan," ujar Hilmar dalam jumpa pers daring, Selasa (20/4/2021).

Kamus sejarah Kemendikbud yang diterbitkan oleh Kemendikbud pada 2017 itu, disebut hanya diedarkan terbatas dalam bentuk soft copy. Dan itu pun sudah ditarik.

Baca Juga: Peleburan Kemenristek ke Kemendikbud Tak Pengaruhi Pengembangan Vaksin Merah Putih

Bukan hanya bagi warga NU, jasa Hasyim Asy'ari, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1971, itu juga bagi masyarakat Indonesia. Dalam Ensiklopedia Islam, yang diterbitkan PT Ichtiar Baru Van Hoeve, jasa Hasyim Asy'ari adalah ikut dalam revolusi fisik di masa penjahan Belanda dan Jepang. 

Mengutip buku Sejarah Hidup KH Abdul Wahid Hasyim karya Aboe Bakar Atjeh , diceritakan pada 1937 datang seorang pejabat kolonial Belanda menjumpai Hasyim Asy'ari untuk memberikan tanda kehormatan pemerintah Belanda, berupa bintang emas. 

Namun dengan tegas, pemberian itu ditolaknya semat-mata karena khawatir keikhlasanya ternoda oleh hal-hal yang sifatnya materi. "Tidak mudah meluluhkan cita-cita Kiai Hasyim sebab ia adalah ulama berpendirian teguh, pantang mundur," demikian disebutkan dalam ensiklopedia itu.

Dalam bidang perjuangan fisik, ia adalah pendiri sekaligus anggota dari Hizbullah, Sabilillah, Barisan Mujahidin, Dewan Mobilisasi dan sederat nama lain yang tujuannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Baca Juga: Nama KH Hasyim Asyari Hilang di Kamus Sejarah Indonesia Jilid I, Ini Respons Kemendikbud

Sejarawan Tamar Djaja dalam bukunya Pusaka Indonesia menuliskan, "Dalam gerakan-gerakan ini, ia bukan saja mengorbankan buah fikirannya, tetapi juga harta bendanya. Tiap orang yang datang meminta pertolongan tak pernah kecewa, tetapi selalu ditolong baik moril maupun materil."

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU