Moeldoko: TMII Akan Dikelola Profesional oleh BUMN
Sosial | 9 April 2021, 22:02 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan dikelola secara profesional oleh BUMN di bidang pariwisata. Sebab berdasarkan proses pendampingan sejak 2016, TMII tidak mengalami perubahan ke arah lebih baik.
“Nanti akan dikelola secara profesional oleh BUMN di bidang pariwisata agar Taman Mini clear dipahami dengan baik oleh masyarakat Indonesia, dan tadi saya sampaikan ada kerugian Rp40 (miliar)-50 miliar per tahun,” kata Moeldoko pada Jumat (9/4/2021).
Dengan menjelaskan ini, Moeldoko lebih lanjut meminta tidak ada lagi yang berpandangan diambilalihnya TMII akan memunculkan yayasan baru. Apalagi menuding, yayasan itu akan dikelola oleh Presiden Jokowi.
Baca Juga: Rugi Hingga Rp50 Miliar per Tahun, Moeldoko: TMII Tidak Memberikan Kontribusi kepada Negara
“Itu pandangan primitif, jangan lagi ada pandangan seperti itu. Ndak ndak ada itu Pak Jokowi sama sekali tidak berpikir seperti itu,” tegas Moeldoko.
Moeldoko lebih lanjut mengatakan untuk mengoptimalisasi pengelolaan TMII, pemerintah akan melakukan perbaikan-perbaikan. Saat ini, sambungnya, telah disiapkan tim transisi yang diberi tugas tiga bulan untuk menyiapkan bagaimana pengelolaan TMII ke depannya.
“Perlu saya tegaskan, bahwa Taman Mini ke depan akan dikelola sebagai kawasan pelestarian dan pengembangan budaya bangsa serta sarana wisata edukasi permata budaya nusantara,” ujarnya.
Baca Juga: Moeldoko Tepis Kabar TMII akan Dikelola Yayasan milik Presiden Joko Widodo: Itu Pandagan Primitif
“Kita lihat bersama bahwa perkembangan pariwisata Indonesia ke depan semakin baik, maka Taman Mini ke depan harus betul-betul ditempatkan sebagai sebuah tempat yang memiliki nilai-nilai ekonomi, nilai-nilai sosial budaya dan nilai di dalamnya,” lanjutnya.
Mengutip situs TMII, gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada 13 Maret 1970.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV