> >

Maksud di Balik Pemberian Nama Bunga pada Siklon Tropis di Indonesia

Sosial | 6 April 2021, 23:09 WIB
Monitoring BMKG terkait dua bibit siklon tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Sumatra dan bibit siklon tropis 99S di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (3/4). (Sumber: BMKG)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masih seputar Siklon Seroja yang baru-baru ini menerjang Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga mengakibatkan cuaca ekstrem dan banjir bandang.

Seperti fenomena angin kencang lain yang pernah melanda wilayah Indonesia sebelumnya, nama Siklon Seroja diambil dari nama salah satu jenis bunga.

Penggunaan nama bunga untuk siklon tropis di Indonesia telah disepakati sejak terbentuknya Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis atau Tropical Cyclone Warning Center di Jakarta pada 2008.

Baca Juga: Sejumlah Daerah di Indonesia Punya Peluang Terdampak Siklon Tropis Seperti NTT

Menurut World Meteorogical Organization (WMO) penggunaan nama yang unik dan khas dengan wilayah terjadinya badai atau siklon dapat membantu identifikasi kehadiran badai secara cepat bagi publik dan membantu media dalam pemberitaannya.

Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca, Ramlan pernah menjelaskan pula alasan khusus di balik dipilihnya nama bunga.

"Karena kita pikir bunga itu indah, dengan tumbuhnya itu, kita harapkan bukan kenestapaan tapi keindahan yang kita dapat," ungkap Ramlan kepada media pada 2017 silam.

Baca Juga: Kepala BMKG Sebut Siklon yang Hantam NTT Bukti Nyata Global Warming

Meski demikian, siklon pertama Indonesia yang tercatat pada 2009 di perairan barat daya Bengkulu mempunyai nama Durga yang diambil dari tokoh wayang.

Baru setelah itu nama bunga digunakan sebagai nama siklon tropis di Indonesia, seperti Siklon Anggrek (2010), Siklon Bakung (2014), Siklon Cempaka (2017), dan Siklon Dahlia (2017).

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU