Fenomena Aksi Terorisme Lone Wolf, Gusdurian: Bisa Terpapar Secara Daring Melalui Medsos
Sapa indonesia | 1 April 2021, 22:33 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pasca-insiden penembakan di Markas Besar Polri kemarin, polisi menyebut sang pelaku teroris bernama Zakiah Aini bertindak atas inisiatif sendiri atau lone wolf.
Meski demikian, polisi terus menelusuri keterlibatan perempuan kelahiran tahun 1995 itu dengan jaringan-jaringan teroris di tanah air.
Dari dua kasus aksi teror yang terjadi kurang dari sepekan ini polisi turut menemukan barang bukti surat wasiat.
Sama seperti teroris aksi bom bunuh diri di Makassar.
Surat itu, ditulis menggunakan tangan di secarik kertas.
Isi kedua surat wasiat ini, memiliki pola yang mirip, yakni sama-sama ditujukan kepada orang tua masing-masing.
Selain sama-sama menulis surat wasiat, kesamaan lainnya yakni kedua pelaku sama-sama berusia muda yang tergolong kaum milenial bahkan gen z.
Peneliti Terorisme Serve Indonesia Dete Aliyah mengungkap, ada perubahan strategi yang dilakukan jaringan terorisme di Indonesia yang menyasar kaum milenial, melalui aktivitas yang juga sangat milenial.
Selain keterlibatan kaum milenial, fenomena baru jaringan terorisme juga ditandai dengan keterlibatan perempuan dalam aksi teror, di garis terdepan.
Apakah ada fenomena baru terkait keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme?
Ataukah memang perempuan sebetulnya menjadi target dari aksi teror?
Kita bahas bersama Peneliti Terorisme Serve Indonesia, Dete Aliyah.
Lalu ada Grafolog Isog - Indonesian School Of Graphology, Deborah Dewi.
Serta ada Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, yang bergabung via telepon.
Penulis : Dea-Davina
Sumber : Kompas TV