KPI Sepakat Perlu Ada Aturan untuk Media Baru Agar Tidak Kehilangan Jati Diri Bangsa
Hukum | 12 Maret 2021, 08:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Agung Suprio mendukung pembuatan aturan dan pengawasan media sosial dan media baru di Indonesia. Agung menyebut, konten media baru TikTok sebagai contoh yang mesti mendapat pengawasan.
Agung mendorong pembuatan regulasi ini karena saat ini ada kekosongan aturan terkait media baru.
“UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran tidak ada kewenangan mengatur media ini. Jadi ada kekosongan mengenai media baru ini. Padahal, media baru memerlukan pengawasan,” ungkap Agung dalam sebuah webinar, Rabu (10/3/2021).
Baca Juga: Sadikin Aksa, Keponakan JK Jadi Tersangka Pidana Perbankan
Aturan ini perlu, menurut Agung, untuk melindungi karakter bangsa. Ia khawatir, konten media baru dapat memberikan dampak negatif pada generasi muda.
“Jika media baru tidak diatur kita akan berpotensi kehilangan jati diri bangsa karena tidak adanya regulasi yang jelas dalam hal ini,” kata Agung, dikutip dari kpi.go.id.
Agung menyebut, pihaknya menemukan banyak konten media baru ini tidak layak tonton bagi anak-anak. Misalnya, ada tayangan yang berisi perkataan kasar di TikTok.
“Di TikTok misalnya, banyak ditemukan kata-kata yang tidak pantas sehingga tidak bisa dipungkiri akan mengubah perkembangan khususnya anak-anak dan ini jadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan,” ungkap Agung.
KPI sendiri terus mendorong agar pengaturan media baru ini juga tercantum dalam revisi UU Penyiaran. Agung mengaku, saat ini masyarakat makin mendukung aturan menyoal media baru ini.
“Kita masih menunggu RUU Penyiaran yang diharapkan akan ada tentang media baru. Banyak negara maju yang memiliki regulasi media baru dan ini harus menjadi acuan bangsa Indonesia untuk peduli juga media baru,” pungkasnya.
Penulis : Ahmad-Zuhad
Sumber : Kompas TV