> >

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Mengaku Diajak Kudeta AHY, Langsung Teringat Jasa SBY

Politik | 7 Maret 2021, 10:33 WIB
Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat menghadiri Muktamar XVIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Univeritas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (3/8/2018). (Sumber: KOMPAS.com/Andi Hartik)

JAKARTA, KOMPAS TV - Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, angkat bicara terkait pengambilalihan kursi kepemimpinan Partai Demokrat dari tangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) baru-baru ini.

Seperti diketahui, sejumlah mantan kader Partai Demokrat telah menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) tandingan di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) pada Jumat, 5 Maret 2021.

Baca Juga: Mahfud MD: Pemerintah Anggap KLB Demokrat di Sumut Hanya Temu Kader, Pengurus Resmi Masih AHY

Dalam KLB tandingan tersebut, Kepala Staf Presiden (KSP), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko didapuk sebagai ketua umum menggantikan AHY.

Namun sebelum KLB tandingan itu digelar, Gatot Nurmantyo mengaku sempat diajak turut serta melakukan kudeta.

Dalam ajakannya, Gatot pun turut diiming-imingi bakal mendapat posisi penting di tubuh Partai Demokrat.

Namun, seketika itu Gatot teringat kenangan di Istana bersama mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca Juga: Ketum Angkatan Muda Demokrat: Terpilihnya Moeldoko Bukan Dagelan atau Untuk Cari Sensasi

"Banyak yang bertanya kepada saya, 'Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi...'. Ya saya bilang 'Siapa sih yang enggak mau," kata Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu.

"Partai dengan 8 persen kalau enggak salah kan besar, dia (Partai Demokrat) mengangkat presiden, segala macam kaya gitu. Ada juga yang datang sama saya."

Gatot mengatakan, tawaran tersebut memang menarik. Ia lantas menanyakan bagaimana proses kudeta di Partai Demokrat kepada orang yang mengajaknya itu.

Baca Juga: Jhoni Allen Sebut KLB Demokrat Digelar Sesuai AD/ART Partai, Jadi yang Sah AHY atau Moeldoko?

Menurut orang tersebut, kata Gatot, caranya dengan melakukan KLB. Dalam KLB itu, posisi AHY diganti karena ada mosi tidak percaya. Setelah AHY lengser, baru dilakukan pemilihan untuk posisi ketua umum yang baru.

"Datang, 'menarik juga' saya bilang. Gimana prosesnya? Begini pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu. Mosi tidak percaya, AHY turun," ujar Gatot.

"Setelah turun, baru pemilihan, 'Bapak nanti pasti deh begini, begini'. Oh begitu ya, saya bilang begitu gitu."

Baca Juga: Sikap Pemerintah Pasca KLB Demokrat di Deli Serdang, Ini Kata Mahfud MD

Setelah itu, Gatot menerangkan kisahnya ketika menjadi prajurit TNI. Bahwa dirinya yang ketika itu menjabat Pangkostrad lalu dinaikkan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) karena SBY.

"Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh itu hal biasa. Tapi kalau saya naik bintang tiga itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu. Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY," ujar Gatot.

Saat menjabat Pangkostrad, Gatot mengaku sempat dipanggil SBY ke istana. Ketika itu, SBY bilang akan menjadikan Gatot Nurmantyo sebagai KSAD. Gatot pun langsung mengucapkan terima kasih kepada SBY.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Tak Beri Izin Acara KLB Demokrat di Deli Serdang

"Ketika saya Pangkostrad, dipanggil oleh SBY ke Istana. 'Kamu akan saya jadikan Kepala Staf Angkatan Darat'. Karena saya terima kasih atas penghargaan ini dan akan saya pertanggungjawabkan," tutur Gatot.

SBY lantas berpesan kepada Gatot Nurmantyo agar melaksanakan tugas tersebut dengan profesional.

"'Cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu. Itu saja Selamat'. Beliau tidak titip apa-apa, tidak pesan lainnya lagi," katanya.

Lebih laniut, Gatot mengatakan, dirinya bisa mempunyai karier tinggi di instansi TNI berkat dua presiden berbeda. Pertama, kata dia, berkat SBY dan kedua Presiden Jokowi.

Baca Juga: Airlangga soal Kisruh Demokrat: Partai Golkar Berpengalaman, Silakan Proses Hukum

"Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua Presiden. Satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Joko Widodo kan gitu," ujarnya.

"Terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?"

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU