Riset Oxfam: Orang Kaya Semakin Kaya Saat Pandemi, Kok Bisa?
Sosial | 28 Januari 2021, 10:17 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 secara tak langsung meruntuhkan berbagai sektor kehidupan, salah satunya sektor ekonomi.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, demikian pepatah yang bisa menggambarkan hasil laporan dari Oxfam, The Inequality Virus yang dirilis pada pertemuan World Economic Forum’s Davos Agenda dengan tema Tahun Krusial untuk Membangun Kepercayaan, Senin (25/1/2021).
Pada awal-awal pandemi terjadi, keruntuhan besar-besaran di pasar saham membuat kerugian yang cukup besar bagi para orang-orang terkaya di dunia.
Namun, kerugian tersebut tak bertahan lama. Dilansir dari ABC News, Kamis (28/1/2021), laporan dari Oxfam menyebutkan bahwa dalam jangka waktu 9 bulan, 1.000 orang kaya teratas, terutama mereka yang merupakan pria kulit putih mampu mendapatkan kembali kekayaan mereka yang hilang.
Bagaimana dengan orang-orang yang kurang mampu? Dibutuhkan waktu lebih dari satu dekade bagi orang miskin di dunia untuk pulih dari dampak ekonomi pandemi.
Laporan dari Oxfam ini menyoroti bagaimana krisis pandemi memperdalam jurang ketimpangan dan memperdalam kemiskinan di hampir seluruh dunia.
Krisis pandemi Covid-19 juga menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga angka pengangguran semakin meningkat. Nyata bahwa pandemi telah menyebabkan krisis pekerjaan terbutuk yang terjadi dalam kurun waktu 90 tahun.
Baca Juga: Tekan Kemiskinan, Pemerintah Desain Ulang Bantuan Sosial
Sementara itu, 10 orang terkaya di dunia telah melihat kekayaan gabungan mereka yang meningkat hingga setengah triliun dollar sejak pandemi. Nilai tersebut bisa digunakan untuk membayar vaksin Covid-19 untuk semua orang.
Di Australia, 31 orang kaya juga telah meningkatkan kekayaan mereka sebanyak hampir 85 miliar dollar sejak pandemi.
Pada 2008 lalu, krisis keuangan global juga telah membuat para miliarder ini rugi besar. Kerugian tersebut membutuhkan waktu lima tahun bagi mereka untuk bangkit.
Berbeda dengan yang sekarang, dimana saat ekonomi riil menghadapi resesi terdalam, pasar saham justru meledak dan meningkatkan kekayaan mereja.
Total kekayaan para orang kaya ini kini mencapai 11,95 triliun dollar. Angka tersebut, menurut Oxfam, setara dengan apa yang dihabiskan pemerintah G20 untuk menangani pandemi.
Baca Juga: Jokowi Sebut Potensi Pemanfaatan Wakaf untuk Mengurangi Kemiskinan
Badan-badan internasional termasuk International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) juga merasakan kekhawatiran terkait pandemi yang semakin memperdalam jurang ketimpangan.
Jika pemerintah membiarkan hal ini terus berlanjut, Bank Dunia memperkirakan tahun 2030 mendatang, lebih dari 501 juta orang akan hidup dengan di bawah kemiskinan dan akan terus bertambah tiap tahunnya.
Namun, jika pemerintah mampu bertindak untuk mengurangi ketimpangan sebesar 2 persen setiap tahun dalam waktu 3 tahun, maka 860 juta orang akan hidup dalam kemiskinan di tahun 2030 ketimpang jika membiarkannya meningkat, demikian menurut Bank Dunia.
Penulis : Fiqih-Rahmawati
Sumber : Kompas TV