Anggota Basarnas Syok Temukan Perhiasan Korban Sriwijaya Air di Antara Puing Pesawat dan Jenazah
Peristiwa | 26 Januari 2021, 16:16 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Esa Asep Saefudin, anggota Basarnas berusia 27 tahun mengaku terpukul atau syok menyaksikan temuan-temuan yang berhasil diangkut tim penyelam dari dasar laut perairan Kepulauan Seribu ke atas KN Sar 103 Wisnu.
Temuan-temuan tersebut berhasil diangkut saat dilakukan operasi pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak.
Namun, Esa yang bertugas sebagai pemilah temuan itu berusaha tetap tegar kala memindahkan potongan tubuh manusia dan serpihan pesawat ke kantong masing-masing.
Baca Juga: "Crisis Center" Sriwijaya Air di Bandara Supadio Ditutup, Dialihkan ke Biddokes Polda Kalbar
Di saat bekerja memilah temuan-temuan itu, ada satu momen yang melekat di benak Esa. Pemuda asal Purwakarta tersebut pun terenyuh kala mengenang kembali cerita itu.
Ia melihat sejumlah perhiasan emas yang berhasil diangkut oleh tim penyelam. Itu di antaranya berupa cincin, gelang dan kalung.
Saat melihat temuan itu, kata dia, pikirannya seketika langsung membayangkan seorang ibu yang turut menjadi korban.
"Dalam batin saya, mungkin ibu itu mengumpulkan perhiasannya dengan jerih payah. Tapi malah berakhir seperti ini. Di situ saya menjadi sangat emosional," katanya dikutip dari TribunJakarta.com pada Selasa (26/1/2021).
Karena pikirannya langsung tertuju pada seorang ibu, ia pun sempat terbayang bila itu menimpa ibunya sendiri. Ia pun berupaya menahan kesedihannya itu.
Baca Juga: Dua Keluarga Terima Enam Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ-182
"Dengan kondisi seperti itu saya membayangkan, bagaimana kalau terjadi dengan ibu saya. Saya sebagai anak benar-benar goyah walaupun sudah terbiasa melakukan tugas ini," ucapnya.
Bergabung dalam Operasi Pencarian
Sebelum bertugas menjadi petugas pemilah temuan, sebenarnya Esa sedang lepas piket.
Tapi, begitu mendengar informasi raibnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu (9/1/2021), Esa langsung bergegas menuju Kantor Basarnas Jakarta dari rumah kontrakannya.
Ia pun diminta bergabung dalam misi operasi pencarian pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut.
Kebetulan, kontrakan pria asal Purwakarta tersebut tak jauh dari kantor Basarnas Jakarta di kawasan Neglasari, Kota Tangerang.
Baca Juga: Pemakaman Jenazah Ibu dan Anak Korban Sriwijaya Air SJ-182
Tak berpikir panjang, ia memutuskan pergi. Meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Esa membawa sejumlah peralatan air dan langsung menyusul rekan-rekannya yang lebih dulu tiba.
Ketika sampai di perairan Kepulauan Seribu, Pesawat Sriwijaya Air yang sebelumnya dinyatakan hilang kontak nyatanya tak lenyap ditelan bumi.
Serpihan pesawat dan potongan tubuh manusia menjadi bukti kuat bahwa pesawat tersebut jatuh menghujam laut hingga hancur berkeping-keping.
Sejak itu, belasan hari Esa tidak menginjakkan kaki di daratan demi menunaikan operasi kemanusiaan pencarian korban pesawat tersebut.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV