Banjir di Kalimantan Selatan Begitu Luas, Kerusakan Alam Picu Bencana Ekologis
Sapa indonesia | 22 Januari 2021, 10:01 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Banjir yang melanda 11 dari 13 wilayah kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan pertengahan Januari lalu, menimbulkan kerugian besar.
Akibat banjir, sedikitnya 21 orang meninggal dunia, lebih dari 342.000 jiwa terdampak, dan lebih dari 63.000 orang mengungsi.
Banjir dipicu oleh curah hujan tinggi yang terutama terjadi pada sekitar tanggal 12 dan 13 Januari 2021 di wilayah Kalimantan.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika – BMKG, Dwikorita Karnawati dalam pernyataanya tanggal 15 Januari, memang memperkirakan curah hujan ekstrem mencapai puncaknya di bulan Januari hingga Februari 2021.
Banjir di Kalimantan Selatan memang dipicu hujan dengan intensitas tinggi.
Namun, Direktur Walhi Kalimantan Selatan Kisworo Dwi Cahyono menyatakan, wilayah Kalimantan Selatan telah berada di ambang darurat bencana ekologis.
Menurut Walhi, kerusakan ekologis yang mengakibatkan banjir besar di kalimantan selatan, berkait erat dengan meluasnya kegiatan pertambangan dan perkebunan yang masif.
Selama periode 2010 hingga 2020, lapan mencatat terjadi penyusutan lahan hutan di Kalimantan Selatan, yang meningkatkan risiko banjir.
Rinciannya, luas hutan primer menyusut 13.000 hektar, hutan sekunder seluas 116.000 hektare, sawah 146.000 hektar, dan semak belukar 47.000 hektar.
Sebaliknya, lahan perkebunan justru bertambah hingga 219.000 hektar.
Gambaran penyusutan serupa juga terjadi pada luasan lahan hutan di kalimantan secara keseluruhan.
Penyusutan luasan hutan berlangsung karena proses deforestasi hutan menjadi lahan non hutan.
Penulis : Merlion-Gusti
Sumber : Kompas TV