Cerita Dua Vaksinasi Terbesar Indonesia: Cacar dan Polio
Peristiwa | 14 Januari 2021, 06:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan serentak di Indonesia pada Rabu (13/1/2021), diawali dari Presiden Jokowi, akan menjadi babak baru dalam penanganan pandemi Covid-19.
Selain itu, vaksinasi ini juga akan menjadi vaksinasi terbesar ketiga di Indonesia setelah vaksinasi cacar pada 1972 dan polio pada 1995-1997.
Menurut Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Broto Wasisto, pogram imunisasi untuk vaksin COVID-19 adalah program ketiga imunisasi yang besar di Indonesia.
Baca Juga: Strategi Apa Yang di Gunakan Untuk Mempercepat Vaksinasi - SATU MEJA (PART 2)
Vaksinasi terbesar pertama adalah cacar. "Boleh dikatakan pemberantasan cacar merupakan salah satu dari keberhasilan puncak dari Kementerian Kesehatan," kata Broto, Selasa (12/1/2021).
Sejarah kedua adalah pembasmian penyakit Polio tahun 1995 sampai 1997. "Setiap tahun pada bulan September kita melakukan kampanye pekanimunisasi nasional. Pada saat itu semua anak umur 5 sampai 10 tahun diberikanimunisasi vaksin yang kita gunakan sampai saat ini dengan cara tetes," tambahnya.
Berdasarkan catatan sejarah, gerakan vaksinasi cacar dilakukan pada dekade 1960-an hingga awal 1970-an. Sekitar 100 hingga 200 orang dicacar setiap hari sebelum mengadakan perjalanan ke Sumatera.
Baca Juga: Pelaksanaan Vaksinasi di 3 Kabupaten DIY Ditunda, Mengapa?
Dikutip Kompas.ID, pada 1960-an, dokter Kho Gin Tjong atau Petrus Aswin Koswara memimpin operasi vaksinasi memberantas penyakit cacar (smallpox) yang pernah menjadi momok di dunia hingga tahun 1970-an.
Dokter Kho adalah Kepala Dinas Pemberantasan Cacar di Republik Indonesia yang diangkat pemerintah pada Juli 1968.
Dokter kelahiran 28 Agustus 1931 di Bumiayu, Jawa Tengah, ini adalah seorang dokter medis alumnus Universitas Airlangga yang mendapat gelar master of public health dari University of Tulane, New Orleans, Amerika Serikat, pada 13 Mei 1966.
Sebelumnya, dokter Kho memimpin pemberantasan cacar di ibu kota Jakarta tahun 1963 dan program serupa di Provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur.
Berkat vaksinasi cacar ini, Indonesia dinyatakan bebas dari cacar sejak tahun 1974.
Kemudian pada tahun 1995-1997, vaksinasi polio. Menurut Penasihat Field Epidemiology Training Program (FETP), I Nyoman Kandun MPH, Selasa (17/11).“Pemberian vaksin oral polio pada 1995-1997 diberikan pada siapa saja, tanpa memandang seseorang itu sudah diberikan vaksin polio secara rutin atau belum," katanya.
Baca Juga: Tak Perlu Ragu Ikut Vaksinasi, Ini Kata Pakar UGM
Bagi yang telah mendapat imunisasi polio rutin, maka pemberian kembali vaksin polio akan memperkebal daya tahan tubuhnya. Mereka yang belum mendapat vaksin polio, maka bisa dikatakan mendapatkan imunisasi dasar.
Setiap tahun pada bulan September, Indonesia melakukan kampanye pekanimunisasi nasional. Pada saat itu semua anak umur 5 sampai 10 tahun diberikanimunisasi vaksin yang kita gunakan sampai saat ini dengan cara tetes.
Indonesia berhasil dengan 25 juta anak umur 5 sampai 10 tahun divaksin polio.Penyakit Polio sampai tahun 2000 sudah tidak ada lagi tapi pada tahun 2005 muncul kembali karena importasi polio dari Afrika.
Menurut Nyoman, masyarakat perlu mengetahui tahap-tahap penanganan penyakit menular, yaitu mengontrol, mengeliminasi dan mengeradikasi.
“Mengontrol adalah menekan insiden penyakit menular. Sedangkan mengeliminasi adalah menekan hingga angka yang sangat rendah, bisa sampai nol, tapi virusnya tidak hilang. Mengeradikasi artinya, di samping kita bisa menekan penularan sampai nol, virusnya juga bisa hilang. Seperti misalnya cacar yang tidak ditemukan lagi adanya virus cacar sehingga kita bisa dikatakan mengeradikasi cacar,” katanya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV