Lokasi Kotak Hitam Sriwijaya Air SJY 182 Ditemukan, Bagaimana Cara Bekerjanya?
Peristiwa | 11 Januari 2021, 07:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Petugas gabungan telah menangkap sinyal black box atau kotak hitam di sebuah lokasi yang diduga kuat menjadi titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY182 di Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (09/01/2021) dan tim penyelamat kemungkinan akan segera mengangkatnya, pada Senin (11/01/2021) atau keesokan harinya tergantung cuaca dan arah arus laut.
Menyusul temuan tersebut, kemarin, Minggu (10/01/2021) kapal milik Basarnas KN SAR Basudewa merapat ke KRI Rigel 933. KN SAR Basudewa mempunyai peralatan khusus untuk mendeteksi kotak hitam tersebut,
"Saat ini KN Basudewa dari Basarnas telah membawa peralatan dari Basarnas dan KNKT merapat ke KRI Rigel untuk segera menindaklanjuti pencarian black box tersebut," ujar Kepala Basarnas Marsekal Madya (Purn) Bagus Puruhito dalam konferensi pers, Minggu (10/01/2021).
Bagus pun berharap kotak hitam pesawat ini dapat segera ditemukan. "Kami mohon dukungan dari masyaraka seluruhnya, mohon doa restunya semoga pelaksanaan operasi SAR ini bisa berjalan baik," kata Bagus.
Melihat dangkalnya perairan lokasi Sriwijaya Air jatuh di lepas pantai Jakarta, diperkirakan pengangkatan black box atau kotak hitam perekam data dan suara kokpit penerbangan akan berlangsung cepat, terlebih lagi yang ditugaskan untuk mengangkat adalah satuan-satuan elit TNI AL seperti Komando Pasukan Katak dan Detasemen Jala Mangkara dibantu satuan lain.
Bagaimana cara kotak hitam bekerja?
Seperti dilansir dari Deutsche Welle, jika Anda ingin mengetahui mengapa sebuah pesawat jatuh, Anda perlu mengambil dan menganalisa isi rekaman yang berada di dalam kotak hitam. Perangkat oranye yang hampir tidak bisa dihancurkan ini merekam semua data penerbangan dan seluruh suara yang terdengar di kokpit.
Pada dasarnya, alat perekam penerbangan atau flight recorder adalah perangkat perekam yang sangat dilindungi, mirip dengan hard disk atau kartu memori.
Kotak hitam mencatat semua data penerbangan yang relevan, selain percakapan di kokpit. Sebelumnya, data ini harus direkam pada dua perangkat berbeda.
Dewasa ni ada unit yang bisa melakukan keduanya. Akan tetapi, menurut peraturan, setiap pesawat harus memiliki dua perangkat ini di dalam pesawat.
Kotak hitam harus mampu menghadapi bermacam skenario kecelakaan tanpa mengalami kerusakan.
Sebelum digunakan, mereka diuji untuk melihat apakah mereka dapat menahan benturan dengan dinding beton dengan kecepatan 750 kilometer per jam, beban statis 2,25 ton setidaknya selama lima menit, suhu maksimum 1.100 derajat Celcius selama satu jam dan tekanan air ditemukan di kedalaman hingga 6.000 meter (sekitar 19.700 kaki).
Agar lebih mudah ditemukan di laut, perangkat ini dilengkapi pengirim sinyal lokasi yang mulai aktif saat bersentuhan dengan air asin, dan sinyalnya dapat dengan mudah ditangkap dalam radius sekitar dua kilometer.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV