Polemik Nobar Film G30S PKI, Sejarawan: Harusnya yang Dikhawatirkan Bangkitnya Orde Baru
Sosial | 24 September 2020, 18:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Film penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI yang dulu kerap diputar setiap akhir September menjadi topik perbincangan.
Rencana akan diadakannya nobar atau nonton bareng dinilai sejumlah tokoh publik menjadi kegiatan negatif yang berpengaruh menjadi cluster penyebaran virus corona atau Covid-19.
Ahli epidemiologi Tri Yunis Miko menyebut bahwa tak perlu adanya kegiatan nobar film sejarah G30S/PKI di tengah pandemi saat ini.
Baca Juga: Eks Wakil Ketua Komisi I: Pergantian Gatot Nurmantyo Tidak Ada Hubungan dengan Nonton Film G30S/PKI
Hal ini dikarenakan adanya potensi kerumunan massa yang mampu menjadi tempat penularan covid-19.
“Tidak perlu nobar, baik itu di masjid, gedung ataupun tempat terbuka. Ada baiknya video yang rencananya akan ditonton bareng dikirimkan ke ponsel masing-masing bagi masyarakat yang memang ingin menontonnya,” ujar Tri, Kamis (24/9/2020).
Sementara itu, respons yang sama diberikan pula oleh sejarawan JJ Rizal. Ia menilai bahwa ajakan untuk menonton peristiwa G30S/PKI bukan hal yang diharuskan.
“Jadi kalau sekarang ada permintaan untuk putar visual ini lagi itu hal yang keliru. Orang seperti Yunus Yospia itu bukan orang yang kiri, itu seorang intelektual,” kata dia.
Baca Juga: Kaitkan GP Ansor dengan PKI, Alfian Tanjung Minta Maaf
Menurutnya, saat ini hal yang harusnya ditanamkan ke publik bukanlah soal lahirnya komunis, namun kekhawatiran gambaran pemerintahan Orde Baru yang tercermin melalui korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
“Saya sendiri lebih melihat bahwa kalau ada ramai-ramai isu akan bangkitnya komunis atau PKI, harusnya yang dikhawatirkan adalah bangkitnya Orde Baru. Hal itu sudah ditunjukkan dengan adanya KKN. Dan ini merupakan sikap merayakan takhayul, apalagi ini takhayulnya bertambah karena ajakannya dilakukan di tengah pandemi,” ucap JJ Rizal.
Penulis : Idham-Saputra
Sumber : Kompas TV