Terkait Obat Covid-19 Indonesia, DPR: 40.000 Pasien Corona di RS Bisa Diuji Coba
Sapa indonesia | 20 Agustus 2020, 21:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Harapan dari temuan obat Covid-19 karya anak bangsa, kembali surut.
Izin edar kombinasi obat yang diajukan Universitas Airlangga, TNI Angkatan Darat, dan Badan Inteligen Negara, belum disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Rabu kemarin (19,08.20), Kepala BPOM Penny Lukito mengungkap temuan kritis dari uji validitas kombinasi obat yang diajukan.
Temuan itu antara lain, objek penelitian obat belum menggambarkan semua tingkat keparahan, ringan, sedang dan berat, termasuk efek samping dan hasil maksimal bagi pasien.
Namun Anggota Komite Nasional Penilai Obat Rianto Setiabudi, berpendapat lain soal temuan efek samping uji klinis obat Covid ini.
Rianto menyebut, efek samping tidak menjadi satu-satunya dasar penolakan, demi mengurangi risiko kematian akibat Covid-19.
Sekretaris Utama BIN, yang tergabung dalam konsorsium peneletian obat Covid-19 bersama Unair dan TNI AD, Komjen Bambang Sunarwibowo, di program Sapa Indonesia malam Rabu kemarin, menyebut temuan kombinasi tiga jenis obat ini, adalah turunan dari 14 jenis obat yang telah digunakan sebelumnya.
Atas temuan kritis Badan POM dan kekurangan pada penelitian obat Covid-19 ini, guru besar farmasi UGM, menilai penyempurnaan tak perlu memulai dari awal.
Zullies Ikawati menilai, konsorsium peneliti obat Covid ini, telah mematuhi protokol riset, dan masih harus memenuhi beberapa data yang kurang.
Temuan kritis Badan POM pada uji klinis obat Covid-19 yang diajukan Unair, BIN dan TNI AD, tak membuat penyempurnaan ini berhenti.
Pihak Unair menyebut menerima catatan Badan POM, untuk menyempurnakan kombinasi obat ini.
Penulis : Merlion-Gusti
Sumber : Kompas TV