4 Alasan Makanan Kaleng Dianggap Kurang Sehat
Kesehatan | 19 Maret 2024, 00:30 WIBMeskipun buktinya beragam, beberapa penelitian pada manusia telah menghubungkan BPA dengan masalah kesehatan seperti, penyakit jantung, diabetes tipe 2, hingga disfungsi seksual pria.
3. Mengandung garam, gula atau pengawet tambahan
Makanan kaleng dianggap kurang sehat karena di dalamnya sering ditambahkan banyak garam, gula, dan pengawet. Makanan kaleng tinggi garam mungkin tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi kebanyakan orang, tetapi bagi sebagian orang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Sebagian makanan kaleng lainnya mengandung tambahan gula yang banyak dan dapat berisiko mengakibatkan obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
4. Berpotensi mengandung bakteri memastikan
Makanan kaleng dianggap kurang sehat karena dapat mengandung bakteri berbahaya yang dikenal sebagai Clostridium botulinum. Hal ini dapat terjadi apabila dalam proses pengalengannya tidak dilakukan dengan benar.
Baca Juga: 3 Tips Menyimpan Makanan Kaleng yang Sudah Dibuka Tanpa Kulkas
Namun, hal itu sangat jarang terjadi pada produk bermerek legal. Namun, mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri tersebut dapat menyebabkan botulisme.
Botulisme adalah penyakit serius yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian, jika tidak ditangani. Sebagian besar kasus botulisme berasal dari makanan yang tidak dikalengkan dengan benar di rumah.
Sangat penting untuk tidak pernah makan dari kaleng yang menggembung, penyok, retak, atau bocor.
Masih Ada yang Bernutrisi
Meskipun sejumlah produk makanan kaleng dianggap kurang sehat karena memiliki efek samping, bukan berarti secara keseluruhan makanan kaleng itu tidak baik bagi kesehatan. Tomat dan jagung melepaskan lebih banyak antioksidan saat dipanaskan, membuat makanan kalengan dari bahan itu menjadi sumber antioksidan yang lebih baik.
Selain itu, sejumlah nutrisi dalam makanan juga terbukti masih utuh, meski melalui proses pengalengan seperti protein, karbohidrat, dan lemak.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Gading-Persada
Sumber : Healthline