Sejarah Nasi Goreng, Menu yang Jadi Saksi Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI
Cerita rasa | 2 Agustus 2022, 13:06 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Nasi goreng merupakan satu dari banyaknya kuliner populer di Indonesia. Hal itu terlihat dari mudahnya menemukan menu nasi goreng di berbagai tempat makan.
Bahkan, ada yang tak perlu keluar rumah untuk mencari makanan yang satu ini. Cukup menunggu di depan rumah, penjual nasi goreng keliling yang menghampiri.
Melansir dari munasprok.go.id, nasi goreng ini disebut-sebut sebagai salah satu menu sahur yang disantap para tokoh perumus naskah proklamasi. Rupanya kuliner nasi goreng telah diperkenalkan di Indonesia sejak sekitar abad ke-10 yang dipengaruhi budaya Tionghoa.
Menu Sahur Jelang Naskah Proklamasi Dibacakan
Sebagaimana diketahui, ruang makan Laksamana Maeda menjadi saksi bisu peristiwa dirumuskannya naskah proklamasi kemerdekaan yang merupakan pemikiran tiga tokoh, yaitu Soekarno, M Hatta, dan Achmad Soebardjo.
Proses penyusunan naskah tersebut turut disaksikan golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Sudiro, dan BM Diah. Sementara, dari pihak Jepang ada S. Miyoshi dan S. Nishijima.
Pada 16 Agustus 1945 itu diketahui bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 Hijriah atau dalam suasana bulan Ramadhan. Setelah semalaman berembuk, akhirnya pada dini hari 9 Ramadhan 1364, 77 tahun lalu berlalu, teks Proklamasi Kemerdekaan selesai dan segera diketik.
Bung Hatta, dalam buku Sekitar Proklamasi (1981) menceritakan, tentang makan sahur di kediaman Laksana Maeda. Waktu itu, selama perjalanan jauh dari Rengasdengklok ke Jakarta tak ada bekal yang bisa dimakan.
Tiba di Jakarta, Ia pun terlibat perdebatan dengan Gunseikan, Mayor Jenderal Nishimura terkait dengan janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Akhirnya dengan kesadaran penuh, melalui rapat di rumah Laksamana Maeda semua golongan baik tua dan muda bersepakat untuk mewujudkan sendiri proklamasi tanpa menunggu realisasi janji Jepang.
Baca Juga: Mengejutkan, Ada 104 Jenis Nasi Goreng di Indonesia
"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda," kenang Hatta.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas.tv