> >

Kotak Isi vs Kotak Kosong: Jalan Politik Pelayanan Gus Ipin di Trenggalek

Opini | 11 November 2024, 11:51 WIB
Ilustrasi gambar AI Pilkada Kotak Kosong (Sumber: ChatGPT)

Oleh: Ah Maftuchan, Direktur Eksekutif The PRAKARSA, Pengamat Kebijakan Publik

Perjalanan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024 sangatlah berliku. Perhelatan pilkada serentak secara nasional ini akan menjadi yang pertama dalam sejarah politik Indonesia dan akan menjadi uji materiil bagi kedewasaan politik bangsa Indonesia.

Pasalnya, pilkada serentak ini juga dipenuhi berbagai kontrovensi, salah satunya adalah pasangan calon (paslon) tunggal melawan kotak kosong. Realitas politik ini telah menjadi bahasan panjang yang untungnya tidak sampai mengganggu pelaksanaan pilkada.

Sebagian besar analis politik dan pemerhati pemilu telah menarik kesimpulan bahwa fenomena banyaknya paslon tunggal melawan kotak kosong menjadi penanda atas turunnya kualitas demokrasi di Indonesia. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan hilangnya salah satu prinsip dasar demokrasi yakni kompetisi.

Adanya paslon tunggal telah menghilang prinsip kompetisi dalam pemilihan dan menghilangkan alternatif pilihan bagi calon pemilih. Namun, ada sebagian yang punya pandangan lain, bahwa adanya paslon tunggal merupakan refleksi dari rekognisi atau pengakuan dari parpol dan publik atas kinerja paslon saat memimpin daerahnya.

Artinya, paslon tunggal itu merupakan "the best and the brightest" dari bakal paslon yang ada.

Gabungan parpol secara sadar memilih jalan pragmatis untuk mendukung paslon tunggal. Pilihan politik yang realistis.

Baca Juga: Komisi II dan KPU Lakukan Rapat Sore Ini, Bahas Antisipasi Kemenangan Kotak Kosong di Pilkada

Pilkada 2024 ini, berdasar keterangan Komisi Pemilihan Umum, terdapat 37 pasangan calon kepala daerah di seluruh Indonesia yang akan melawan kotak kosong alias menjadi calon tunggal. Salah satunya adalah Pilkada Kabupaten Trenggalek.

Paslon Mochamad Nur Arifin – Syah Muhamad Nata Negara sebagai calon bupati dan wakil bupati Trenggalek akan melawan kotak kosong. Dalam tulisan ini, penulis tergelitik untuk mengulas Pilkada Trenggalek dengan alasan: Pertama, penulis mengenal sosok Mochamad Nur Arifin (Gus Ipin) secara publik. Dalam beberapa kesempatan di Jakarta, kami beberapa kali bertemu dan bertukar pemikiran.

Gus Ipin juga sosok yang menarik, selain masih muda secara usia, belum genap 35 tahun, ia juga termasuk salah satu bupati yang berhasil memimpin Trenggalek dengan baik. Kedua, Gus Ipin melalui sambungan telepon mengabarkan bahwa ia akan melakukan debat publik pilkada 2024 Trenggalek pada 6 November 2024 dan disiarkan oleh KompasTV, namun ia menambahkan bahwa itu bukan debat karena tidak ada lawan debatnya, lebih seperti acara presentasi.

Sejurus kemudian, saya menimpali bahwa saya bersedia menjadi pendebat melalui tulisan. Tanpa berpikir panjang, Gus Ipin menyetujui dengan semangat.

Putra Daerah yang Visioner

Jika melihat sejarah perjalanan hidupnya, Gus Ipin merupakan putra daerah Trenggalek yang mengawali karir publiknya melalui jalur pemberdayaan sosial. Saat itu ia menginisiasi pemberdayaan petani melalui program Trenggalek Menyemai Tunas (Trengginas). Kerja sosial inilah yang mengantarkan Gus Ipin menjadi wakil bupati mendampingi bupati Emil Dardak pada tahun 2016. 

Pada acara debat publik pilkada 2024 Trenggalek, Gus Ipin menyampaikan visi misi dengan jelas dan lugas. Ia menyampaikan visinya untuk mewujudkan Trenggalek yang adil dan makmur. Tentu ini bukan visi yang unik, ini visi sejuta kandidat. Yang menarik adalah pada saat ia menyampaikan misinya yakni untuk mencapai Trenggalek adil makmur, maka ia akan menjalankan pembangunan ekonomi inklusif dan regeneratif.

Baca Juga: Dukungan Presiden Prabowo ke Luthfi-Taj Yasin Diduga Langgar Pasal 71 UU Pilkada

Gus Ipin memperkuat penjelasan dalam bahasa yang sederhana, bahasa rakyat, yakni suatu pengembangan ekonomi yang semua warga terlibat (inklusif) dan lumintu (regeneratif). Ini memperlihatkan bahwa Gus Ipin memiliki komitmen pada pengembangan ekonomi yang ramah lingkungan dan tidak akan bertumpu pada ekonomi ekstraktif yang eksploitatif terhadap sumber daya alam.

Wajar jika Gubernur Jawa Timur memberikan penghargaan kepada Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, sebagai Pembina Program Kampung Iklim (Proklim) Terbaik 2023.

Misi lainnya adalah penciptaan lapangan kerja yang bertumpu pada sektor pariwisata (ecotourism), pertanian dan UMKM. Gus Ipin menegaskan bahwa sumber daya alam yang ada di Trenggalek akan dikembangkan menjadi pusat-pusat wisata. Ia menargetkan terbangunnya 100 desa wisata dalam lima tahun.

Pariwisata akan dijadikan etalase ekonomi Trenggalek ke depan. Ia dengan lantang menegaskan bahwa pariwisata alam akan menjadi jalan paling tepat untuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Bahkan, Syah Muhamad Nata Negara dengan lantang menambahkan bahwa targetnya adalah Trenggalek mencapai net-zero emission (NZE) lima tahun ke depan. Menurut penulis, target NZE yang sangat tidak realistis sehingga tidak mungkin dapat dicapai dalam lima tahun ke depan.

Di sisi lain, Gus Ipin punya misi untuk mengejar capaian infrastruktur dasar 100% pada lima tahun ke depan, saat ini capaiannya baru 76%. Ia menambahkan bahwa infrastruktur digital yang saat ini baru mencapai 87% akan ditingkatkan menjadi 100% pada lima tahun ke depan. Target yang cukup ambisius, namun secara teknis dapat dicapai asalkan janji dia untuk menjadikan birokrasi yang melayani dan berbasis kepuasan publik dapat diwujudkan.

Bagi dia, adil makmur dapat diwujudkan melalui pembangunan sumber daya manusia yang pintar, sehat dan cukup gizi. Untuk merealisasikannya, Gus Ipin berjanji akan “meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengeluaran” rakyat.

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU