Mengapa Prank Menjadi Budaya Populer dan Disukai?
Sisi tv | 22 Mei 2020, 17:44 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Aksi prank yang dilakukan oleh youtuber Ferdian Paleka dengan memberikan bantuan berisi sampah kepada waria, menjadi kontroversi.
Tidak hanya Ferdian, ada beberapa konten prank yang sebelumnya juga menuai kontroversi, seperti nge-prank driver ojek online dengan memberikan orderan fiktif.
Baca Juga: Prank Mengaku Kena Corona Pada Tenaga Medis, Polisi Bekuk 4 Pelaku
Bahkan, Presiden Joko Widodo pun tidak luput dari aksi prank. Baru-baru ini motor listrik bertanda tangan Jokowi yang dilelang, ditawar dengan harga Rp 2,55 Miliar. Namun ternyata penawaran tersebut tidak bisa diselesaikan, karena penawar tidak mampu menebus motor tersebut.
Banyak yang menilai kejadian ini sebagai prank untuk Presiden Jokowi.
Baca Juga: Gantiin M Nuh, Warren Tanoesoedibjo Angkat Motor Listrik Jokowi Seharga 2,55 miliar
Sebenarnya prank bukanlah hal yang baru. Sejak abad ke-15, prank sudah dilakukan namun lebih dikenal dengan budaya April Fools atau April Mop.
Selain itu, kesuksesan tayangan televisi yang memuat konten prank di tahun 1900-an juga menjadi cikal bakal merebaknya prank di dunia, termasuk Indonesia. Kini, seiring dengan kemajuan media sosial, konten prank bergeser banyak dipertontonkan di internet.
Hingga akhirnya, saat ini prank menjadi sebuah budaya populer, dan banyak disukai. Hanya saja, banyak yang membuat konten tersebut tanpa batas dan aturan hingga merugikan pihak yang dikerjai.
Baca Juga: Detik-detik M Nuh Ngeprank Lelang Motor Presiden Jokowi
Penulis : Laura-Elvina
Sumber : Kompas TV