Fakta Menarik Kapal Pinisi, Warisan Budaya Nusantara
Sinau | 30 Agustus 2021, 19:47 WIBKOMPAS.TV - Unggahan influencer media sosial Karin Novilda atau Awkarin di akun Instagramnya yang mengumumkan rencana membuat kapal Pinisi untuk keperluan diving di Labuan Bajo, NTT, menarik perhatian warganet.
Berikut fakta menarik seputar kapal Pinisi, yang merupakan salah satu warisan budaya Nusantara:
1. Warisan dari Bulukumba
Kapal Pinisi pertama dibuat oleh Suku Bugis dan Suku Makassar di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Dikenal sebagai pelaut yang tangguh, mereka mulai membuat kapal pinisi sejak abad ke-14.
Kapal Pinisi menjadi lambang dari teknik perkapalan tradisional negara kepulauan, sekaligus bagian dari adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan.
2. Diakui sebagai warisan dunia
Kapal Pinisi secara resmi ditetapkan ke dalam Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada 2017.
Proses pembuatan perahu ini pun mengandung nilai-nilai yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti kerja tim, kerja keras, ketelitian, hingga penghargaan terhadap alam dan lingkungan.
3. Ikon pariwisata
Kapal Pinisi tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi, namun juga bagian dari pariwisata Indonesia.
Beberapa operator wisata menawarkan perjalanan mengggunakan kapal Pinisi dengan rute Taman Nasional Labuan Bajo, Bali hingga Kepulauan Seribu.
4. Dirakit tanpa paku
Jenis kayu yang biasa dipakai membuat kapal Pinisi yaitu kayu besi, kayu bikti, kayu kandole atau punaga, dan kayu jati.
Menariknya, penggabungan kayu-kayu dalam pembuatan kapal tidak menggunakan perekat seperti lem khusus kayu maupun paku, namun menggunakan pasak kayu dari kayu sisa pembuatan kapal.
5. Upacara peluncuran perahu
Sebelum perahu diluncurkan ke laut, ada upacara Maccera Lopi (mensucikan perahu) yang ditandai dengan penyembelihan binatang.
Jika Kapal Pinisi berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor kambing.
Namun jika bobot kapal mencapai lebih dari 100 ton, binatang yang disembelih adalah seekor sapi.
Baca Juga: Kerajinan Kapal Pinisi dari Limbah Kayu
(*)
Grafis: Agus Eko
Penulis : Gempita-Surya
Sumber : diolah dari berbagai sumber