Boedi Oetomo, Perjuangan Mencerdaskan Bumiputra Hindia Belanda
Sinau | 21 Mei 2021, 19:45 WIBKOMPAS.TV - Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh beberapa murid Sekolah Dokter Djawa (STOVIA) pada 20 Mei 1908.
Akira Nagazumi dalam buku 'Bangkitnya Nasionalisme Indonesia' menjelaskan, “Boedi Oetomo sebenarnya merupakan perkumpulan cendekiawan Jawa dan memiliki ikatan kuat dengan kebudayaan Jawa.”
Menurut Nagazumi, Boedi Oetomo didirikan di bawah filosofi dan kebudayaan Jawa dengan mengikuti garis-garis modern dari barat atau Eropa.
Hal ini tak lepas dari dominasi orang Jawa dalam daftar siswa STOVIA yang berpartisipasi dalam kegiatan pembentukan organisasi ini.
Pada 1906, Dr. Wahidin Soedirohoesodo yang juga seorang dokter Jawa menjual semua harta bendanya untuk memulai perjalanan keliling Jawa.
Wahidin mendatangi bupati serta residen di 23 karesidenan di Jawa untuk ceramah dan menggalang dana pendidikan.
Pada 1907, Wahidin sampai di Batavia dan bertemu dengan murid-murid STOVIA. Pertemuan inilah yang mengilhami murid-murid STOVIA mendirikan Boedi Oetomo pada 1908.
Nama Boedi Oetomo diusulkan Soeradji, kawan sekelas Soetomo yang ikut menghadiri pertemuan dengan Dr. Wahidin. Nama itu terbersit di benak Soeradji ketika menyaksikan Wahidin berpamitan meneruskan perjalanannya ke Banten.
Cita-cita Dr. Wahidin untuk menggalang dana pendidikan bagi bumiputra Hindia Belanda akhirnya terwujud.
25 Oktober 1913, Dr. Wahidin bersama pengurus Boedi Oetomo memutuskan untuk mendirikan Darmoworo Studiefond. Organisasi ini diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada 19 Juli 1914.
Boedi Oetomo dipandang sebagai salah satu dampak keberhasilan politik etis belanda di tanah Jawa. Berbeda dengan organisasi lain, Boedi Oetomo yang moderat progresif relatif bisa diterima pemerintah kolonial.
Tidak sampai satu tahun berdiri, perkumpulan ini sudah mendapat pengakuan dari Gubernur Jenderal Joannes Benedictus Van Heutsz dan berhak berdiri di hadapan pengadilan Hindia Belanda dalam kedudukan yang sama dengan seorang sipil Eropa.(*)
Grafis: Arief Rahman
Penulis : Gempita-Surya
Sumber : Kompas TV