> >

Kekerasan Israel di Gaza Berlangsung Intens, PBB Ungkap Pengiriman Bantuan Hampir Mustahil

Kompas dunia | 24 Desember 2024, 12:21 WIB
Warga Palestina berdesakan mengantre makanan di pusat distribusi di Khan Yunis, Jalur Gaza, 20 Desember 2024. (Sumber: Abdel Kareem Hana/Associated Press)

GAZA, KOMPAS.TV - Pemimpin Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Tom Fletcher menyatakan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza "hampir tidak mungkin" dilakukan mengingat serangan Israel yang berlangsung intens. 

Hal tersebut disampaikan Fletcher usai mengunjungi Yordania, Suriah, dan Lebanon untuk bertemu tim bantuan kemanusiaan, termasuk yang bekerja di Palestina.

Dia mengutuk kekerasan Israel yang disebutnya berlangsung dengan "intensitas terus-menerus."

Baca Juga: Natal Sepi di Kota Kelahiran Yesus, Wali Kota Bethlehem: Rakyat Palestina Masih Menderita

Diplomat asal Inggris Raya itu menyebut tidak ada tempat aman bagi warga sipil Palestina di Jalur Gaza. Serangan Israel turut menghancurkan sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur sipil.

"Kami berpengalaman mengirim bantuan ke tempat-tempat sulit. Namun, Gaza kini menjadi tempat paling berbahaya. Dalam setahun, ada lebih banyak (staf) kemanusiaan terbunuh dibanding di tempat lain," kata Fletcher, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (24/12/2024).

Dia menyebut situasi di Gaza membuat pengiriman bantuan kemanusiaan hampir mustahil. Padahal, bantuan kemanusiaan sangat dibutuhka mengingat serangan Israel telah berlangsung lebih dari setahun.

"Otoritas Israel terus menolak akses yang berarti. Lebih dari 100 permintaan akses ke Utara Gaza ditolak sejak 6 Oktober. Kami juga menyaksikan runtuhnya ketertiban dan perampasan bersenjata yang sistematis terhadap bantuan kami oleh geng-geng lokal," katanya.

Di lain sisi, militer Israel diketahui menyerang konvoi bantuan kemanusiaan hingga dua kali dalam dua hari terakhir.

Baca Juga: Direktur Rumah Sakit Gaza Minta Pertolongan Dunia, Dikepung Israel dengan Robot Pengebom

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Al Jazeera


TERBARU